HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
lengkap praktikum Struktur Perkembangan Hewan dengan judul “Sistem
Reproduksi”, disusun oleh :
Nama : Cinta Wulandasari
NIM : 1316042045
Kelompok : I (Satu)
Kelas : Pendidikan IPA
telah
diperiksa dan dinyatakan diterimah oleh asisten dan koordinator asisten.
Makassar,
Januari 2015
Koordinator Asisten Asisten
Djumarirmanto, S.Pd Djumarirmanto, S.Pd
Mengetahui,
Dosen
Penanggung Jawab
Andi Irma Suryani, S,Pd M,Si
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap mahkluk hidup organ-organ dan sistem organ
yang penyusun tubuhnya. Organ-organ
dalam tubuh makhluk hidup ini bekerja sama dalam membentuk sistem organ, tidak
terkecuali dengan hewan vertebrata dan invebtebrata. Organ merupakan bagian yang menyusun tubuh makluk
hidup. Organ hewan vertebrata ini pada hakekatnya memilki tulang belakang.
Salah satu
ciri-ciri makhluk hidup yaitu dapat
berkembang biak, sebagaimana yang kita ketahui, dengan berkembang biak maka
makhluk hidup dapat mempertahankan speciesnya. Makhluk hidup seperti hewan dan
manusia mampu berkembang biak karena memiliki alat atau organ – organ
reproduksi yang akan berfungsi pada saat hewan dan manusia telah dewasa. Pada
hewan-hewan dengan taksa yang tinggi seperti mamalia, alat-alat reproduksinya
biasanya lebih terspesialisasi dan dilengkapi dengan kelamin luar.
Hewan jantan dan betina memiliki organ-organ
reproduksi khusus dimana bentuk dan fungsinya berbeda satu sama lain. Pada
hewan tertentu memiliki organ reproduksi internal dan juga eksternal.
Organ-organ reproduksi yang letaknya di dalam tubuh hewan dinamakan sistem reproduksi internal, adapun
yang berada di luar tubuh disebut sistem reproduksi eksternal.
Sistem
reproduksi eksternal pastinya mudah diamati menggunakan mata telanjang, namun
untuk mengamati sistem reproduksi internal perlu dilakukan suatu pembedahan agar organ – organ reproduksi
tersebut bisa terlihat dengan jelas. Praktikum kali ini kami akan membedah
katak, mencit, dan merpati untuk melihat sistem reproduksi internal. Hal inilah
yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum yang berjudul “ Sistem
Reproduksi”.
Dalam kehidupan makhluk hidup terdiri atas berbagai jenis
yang biasanya dibedakan dari klasifikasinya. Salah satunya adalah anatomi atau
bentuk tubuh atau organ makhluk hidup. Pada kenyataannya, anatomi setiap jenis
makhluk hidup itu mempunyai perbedaan dan juga persamaan. Anatomi makhluk hidup
dapat dibagi secara garis besar yaitu anatomi tumbuhan dan anatomi hewan. Pada
anatomi hewan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu anatomi hewan
bertulang belakang (vertebrata) dan anatomi hewan tak bertulang belakang
(invertebrata). Secara tidak langsung melalui pangertian atau penjabaran
tersebut dapat diketahui bahwa anatomi hewan vertebrata mempunyai tulang
belakang dan organ-organ penyusunnya.
Dengan semakin majunya teknologi pada saat sekarang ini,
manusia dapat mengetahui apa yang menyusun tubuh makhluk hidup itu. Maka
dikembangkanlah ilmu yang mempelajari tentang hal tersebut, sehingga memudahkan
kita memahami hal spesifik melalui apa yang telah diteliti dan dikembangkan
oleh para ilmuwan. Sehingga, dengan mudahnya manusia sekarang mengamati segala
jenis organisme atau makhluk hidup.
Organ tubuh
makhluk hidup umumnya kebanyakan tak terlihat maka perlunya diadakan sebuah percobaan untuk mengamati
bagian-bagian organ yang tersembunyi di bagian dalam tubuh makhluk hidup. Untuk
itu di adakan pengamatan system reproduksi pada hewan. Pada pengamatan system reproduksi yang akan dilakukan, maka kita menggunakan katak dan mencit.
Dimana pada umumnya, hewan vertebrata dan hewan
invertebrata tersusun dari berbagai organ dan sistem organ yang saling
mendukung dan bekerja sama untuk melangsungkan fungsi dan aktivitas hidup.
B. Tujuan
Praktikum
1. Mengenal
bagian-bagian dan susunan system reproduksi internal dan eksternal serta
memahami fungsinya.
2.
Membandingkan sistem reproduksi pada
katak dan mencit.
C. Manfaat
Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah
praktikan dapat mengetahui bagian-bagian dan susunan system
reproduksi internal dan eksternal serta memahami fungsinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagi hewan yang melakukan
fertilisasi internal dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu
organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina. Pada
vertebrata yang hidup di air melakukan fertilisasi di luar tubuh (fertilisasi
eksternal), contoh ikan dan katak. Yang hidup di darat melakukan pembuahan di
dalam tubuh (fertilisasi internal). Pada mamalia jantan, alat kelaminnya
disebut penis pada reptil seperti cecak dan kadal menggunakan hemipenis (penis
palsu), sedangkan pada bangsa burung misalnya bebek, untuk menyalurkan sperma
menggunakan ujung kloaka (Campbell, 2003).
Reproduksi vertebrata
pada umumnya sama, tetapi karena tempat hidup, perkembangan anatomi, dan cara
hidup yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan pada proses fertilisasi. Misalnya
hewan akuatik pada umumnya melakukan fertilisasi di luar tubuh (fertilisasi
eksterna), sedangkan hewan darat melakukan fertilisasi di dalam tubuh
(fertilisasi interna) (Pratiwi, 1996).
Baik fertilisasi
internal maupun eksternal bergantung pada mekanisme yang menjamin bahwa sperma
dewasa menemukan telur yang fertil dari spesies yang sama. Fertilisasi
eksternal dan internal memerlukan pengaturan waktu yang kritis yang seringkali
diperantarai oleh petunjuk lingkungan, feromon, dan/atau perilaku percumbuan.
Fertilisasi internal memerlukan adanya interaksi perilaku penting antara hewan
jantan dan betina dan juga adanya organ kopulasi yang sesuai dan cocok (Campbell,
2004).
Reproduksi aseksual terjadi
tanpa peleburan sel kelamin jantan dan betina. Reproduksi aseksual terjadi pada
hewan tingkat rendah atau tidak bertulang belakaang (avertebrata). Reproduksi
seksual umumnya terjadi pada hewan tingkat tinggi atau hewan betulang belakang
(vertebrata). Perkembangbiakan tersebut melibatkan alat kelamin jantan dan alat
kelamin betina dan ditandai oleh adanya peristiwa pembuahan (Fertilisasi).
Reproduksi aseksual pada hewan umumnya terjadi pada avertebrata dan tidak melibatkan alat reproduksi. Ada 3 cara
perkembangbiakan pada hewan secara aseksual, yaitu pertunasan, pembelahan sel,
dan flagmentasi. Kebanyakan organisme mempunyai perbedaan yang nyata antara
individu jantan dan individus betina (Campbell, 2004).
Berdasarkan tempat
perkembangan embrio, pembuahan di dalam dapat dibedakan antara perkembangan
embrio di luar dan perkembangan embrio di dalam. Hewan yang embrionya
berkembang di luar adalah bangsa reptilia dan bangsa aves, sedangkan hewan yang
embrionya berkembang di dalam adalah bangsa mamalia ( Evie, 2007).
Reproduksi seksual
terjadi pada hewan yang memiliki kelamin
terpisah (dioecious). Induk hewan harus menghasilkan sel kelamin yaitu
gamet. Sel-sel gamet jantan dan betina dihasilkan dari gonad dan haploid. Sel
jantan dan betina kemudian bergabung dalam proses fertilisasi untuk
menghasilkan zygote yang kemudian berkembang menjadi hewan dewasa ( Edy, 2001).
Vagina adalah organ
wanita atau organ hewan betina untuk kopulasi dan sebagai jalan lahir atau
jalan keluar anak. Vagina merupakan saluran fibromuskular, tidak mempunyai
kelenjar dan terdiri atas tiga lapisan yaitu tunika mukosa, tunika rauskularis,
dan tunika adventisia. Secret berupa mucus dalam lumen vagina berasal dari
kelenjar-kelenjar serviks uteri ( Pagarra, 2010).
Organ reproduksi jantan
yaitu testis, tubulus seminiferus, dan epididimis. Testis merupakan irgan utama
pada jantan, biasanya berpasangan dan fungsi adalah menghasilkan sperma dan
hormon reproduksi jantan utamanya androgen. Tubulus seminifeus terdiri atas
jaringan ikat fibrosa, lamina basalis, dan epitel germinitivum. Epietl germinal
terdiri dari 4-8 lapisan sel yang menempati ruang antara membrane basalis dan
lumen tubulus. Epididimis dibatasi oleh jaringan ikat pada bagian luar, lapisan
otot polos ditengah, dan epitel berlapis banyak palsu bersilia di bagian dalam.
Pada tikus dan mencit, testis hanya terdiri dari satu ruangan saja. Di dalam
testis terdapat saluran-saluran halus yang melilit disebut tubulus seminiferus,
tempat berlangsungnya spermatogenesis (Adnan, 2010).
Pada mamalia jantan
alat kelaminnya disebut penis, sedangkan pada reptil disebut hemipenis. Pada
bangsa burung dan katak untuk menyalurkan sperma digunakan ujung kloaka. Pada
umumnya, mamalia melahirkan anaknya (vivipar) dan kemudian menyusi anaknya
sampai anaknya mandiri. Beberapa perkecualian misalnya pada hewan paruh bebek
mereka bertelur, setelah menetas anaknya baru disusui. Pada hewan berkantung,
contoh kanguru, anaknya lahir muda kemudian merayap masuk ke kantung induknya,
mencari puting susu, kemudian menyusu dalam kantung sampai mandiri. Pada
reptil, burung, dan mamalia vertilisasi terjadi di dalam. Pada mamalia penis
berkembang disekitar uretra dan mempunyai tiga rongga cavernus yang terdiri
dari jaringan erektil seperti spons. Kelenjar kelamin asesori menghasilkan
cairan seminal. Kelenjar kelamin asesori terdiri atas sepasang seminal vesikel
yang berhubungan dengan ujung distal dari vas deferens (Barnes, 1973).
Mencit memiliki panjang
65-95mm dari ujung hidung mereka ke ujung tubuh mereka, mereka adalah ekor
60-105 mm. Bulu mereka berkisar antara warna cokelat muda sampai hitam, dan
umumnya berwarna putih atau bellys Buffy. Mencit memiliki ekor panjang yang
memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik (annulations). Tikus
rumah cenderung memiliki bulu panjang dan lebih gelap ketika hidup erat dengan
manusia. Beratnya berkisar antara 12-30g. Banyak tikus domestik telah
dikembangkan, dan bervariasi dalam warnam, dari putih menjadi hitam dan
bintik-bintik (Radiopoetro, 1996).
Reproduksi aseksual
pada hewan meliputi perkembangbiakan dengan konjungsi dan peleburan dua sel
gamet. Konjugasi, yaitu perkembangbiakan secara kawin pada organisme yang belum
jelas alat kelaminnya, contohnya Spirogyra. Peleburan dua sel gamet, dapat
terjadi pada hewan yang telah memiliki alat kelamin tertentu, contoh pada
cacing tanah terjadi perkawinan silang antara dua cacing yang kawin. Keuntungan
cara reproduksi secara aseksual ini
adalah suatu individu tidak memerlukan pasangan untuk menghasilkan individu
baru sehingga akan mempercepat penyebarluasannya serta hanya mengeluarkan
sedikit energi dibandingkan dengan reproduksi secara seksual (Irlawati, 2000).
Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang
terjadi pada tumbuhan. Beberapa cacing kecil berkembang biak dengan cara
fregmentasi. Setelah tumbuh mencapai besar norma, cacing tersebut secara
spontan terbagi-bagi menjadi delapan atau sembilan bagian. Setisp bagian
berkembang menjadi dewasa dan proses tadi terulang lagi. Sejumlah hewan
berkembang biak dengan cara pertunasan (budding). Pada beberapa spesies,
seperti pada ubur-ubur, tunas tersebut lepas dan hidup bebas. Pada yang lain,
misalnya koral, tunas tersebut tetap terikat pada induk dan proses ini
menyebabkan terjadinya koloni. Pertunasan juga lazim didapatkan pada hewan
parasit. Contoh yang terkenal adalah cacing pita. Cacing pita yang terdiri dari
suatu kapsul yang mengandung skoleks
(Kimball, 2000).
Beberapa spesies hewan tingkat tinggi
berkembangbiak dengan cara yang menarik yang disebut dengan partenogenesis.
Hewan betina menghasilkan telur yang berkembang menjadi anak tanpa di buahi.
Partenogenesis terdapat pada
ikan-ikan tertentu, sejumlah serangga dan beberapa jenis kadal. Pada
beberapa kasus, partenogenesis adalah satu-satunya cara yang dapat dilakukan
gewan tertentu untuk berkembangbiak.Tetapi yang lebih lazim, hewan tersebut
melakukan partenogenesis pada waktu tertentu. Perkembangbiakan secara
partenogenesis lebih cepat daripada secara seksual dan cara ini memungkinkan
spesies dapat cepat memanfaatkan sum ber makanan yang tersedia. Mungkin semua
bentuk reproduksi aseksual melancarkan kolonisasi dan eksploitasi yang efisien
(Irlawati, 2000).
Biasanya reproduksi aseksual adalah suatu
alternatif dan bukanya suatu pengganti dari reproduksi seksual. Sebagaimana
pada tumbuhan hanya pad reproduksi seksual dapat terjadi kombinasi gen baru.
Dalam waktu yang lama, variabilitas genetik yang terjadi karena reproduksi
seksual itulah yang memungkinkan suatu spesies secara cepat berdaptasi pada
perubahan yang terjadi dalam lingkungannya. Pada hewan tidak terdapat generasi haploid dan diploid
secara bergantian (Kimball, 2000).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Hari / tanggal :
Rabu
/ 21 Janusri 2015
Waktu :
Pukul
10.00 s/d 12.00 WITA
Tempat :
Green House
Biologi FMIPA UNM Makassar
B.
Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Papan
bedah
b. Botol
pembius
c. Kapas
d. Alat
bedah
2.
Bahan
:
a.
Kakak ( Rana cancarrivora ) jantan dan betina.
b.
Mencit ( Mus musculus) jantan dan betina.
c.
kloroform
C. Prosedur
Kerja
1.
Biuslah katak dengan menggunakan kapas
yang telah ditetesi dengan kloroform ke dalam botol pembius.
2.
Letakkan katak di atas papan bedah,
bagian ventral katak menghadap keatas.
3.
Lakukan pembelahan lalu amatilah alat
kelamin dalam meliputi: gonad, saluran reproduksi, kelenjar assesori. Gambarlah
hasil pengamatan atau gunakan kemera untuk memotret hasil pengamatan anda.
4.
Matikan mencit dengan menggunakan
dislokasi leher, lalu bedahlah. Amati dan gambarlah alat kelamin dari mencit
atau potret hasil pengamatan anda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Table 1.1
Gambar hasil pengamatan dengan gambar
pembanding rana cancarivora betina dan jantan.
Gambar
Pembanding
|
Hasil
Pengamatan
|
![]() |
![]() |
Keterangan:
|
|
1.
Ovarium 3. Kloaka
2.
Oviduk 4. Uterus
|
Gambar Pembanding
|
Hasil Pengamatan
|
![]() |
![]() |
Keterangan:
|
|
1. Vas
deferens
2. Testis
3. Kloaka
|
Table 1.2
Gambar hasil pengamatan dengan gambar pembanding
mus musculus betina dan jantan.
Gambar Pembanding
|
Hasil Pengamatan
|
![]() |
![]() |
Keterangan:
|
|
1. Ovarium
kiri 4. Plasenta
2. Saluran
telur 5. Uterus kiri
3. Embrio 6. Vagina
|
Gambar Pembanding
|
Hasil Pengamatan
|
![]() |
![]() |
Keterangan:
|
|
1. Testis
kiri
2. Vas
deverens
3. Penis
|
B.
Pembahasan
1. Pengamatan
pertama pada rana cancarivora
a.
Katak betina
Pada betina, ovarium berjumlah sepasang, pada
sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum).
Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing
gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
Saluran reproduksi berupa oviduk yang
merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip
corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di
sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya
bermuara di kloaka.
Sistem reproduksi pada katak, pembuahannya
terjadi secara eksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi
di luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah
besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada
pembuahan secara internal.
Pada katak betina menghasilkan ovum yang
banyak, kalau kita membedah katak betina yang sedang bertelur, kita akan
menjumpai bentukan berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya, itu
merupakan ovarium yang penuh berisi sel telur, jumlahnya mencapai ribuan.
Pada katak betina juga ditemukan semacam
lekukan pada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat ”pegangan” bagi katak
jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini diimbangi oleh katak jantan
dengan adanya struktur khusus pada kaki depannya, yaitu berupan telapak yang
lebih kasar. Fungsinya untuk memegang erat katak betina ketika terjadi
fertilisasi.
Organ reproduksi katak betina. terdiri atas
ovarium,ostium tuba, uterus, dan kloaka. Ovarium sebagai penghasil telur.
Oviduk adalah tempat saluran telur. Uterus yaitu tempat perkembangan ovum, dan
kloaka sebagai tempat pengeluaran.
Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai
jaringan lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupun korpus
adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars
progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
organ-organ
reproduksi seperti kloaka,uterus,oviduk dan telur. Kloaka merupakan rahim
tempat sel telur yang menyebabkan perutnya kembung, sedangkan oviduk sebagai
sarana saluran telur. Katak berkembangbiak dengan ovivar karena bertelur. Katak menghasilkan
beribu-ribu telur karena katak hidup di air,dan tidak memungkinkan sekali kalau
katak itu akan menghasilkan anak seperti manusia. Itu merupakan salah satu
bentuk tingkah laku dari katak untuk melestarikan spesiesnya agar tidak punah. Walaupun
demikian, paling anak katak yang mampu bertahan hidup adalah ratusan. Katak
melakukan fertilisasi di luar tubuhnya,caranya adalah dengan menekan bagian
punggung katak betina dengan jari-jarinya maka katak betina akan mengeluarkan
sel telurnya dan kemudian kayak jantan juga akan melepaskan spermatozoanya.
Saluran
reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan
bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum
abdominal. oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus
mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka.
b.
Katak
jantan.
Pada
Katak jantan, testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang
digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak
di bagian posterior rongga abdomen.
Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus
ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju
duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies
akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara).
Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa aferen
merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial
menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal,
ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas
dijumpai.
Pada urodela lebih panjang daripada
salientia yang berbentuk oval sampai bulat dan lebih kompak. Pada caecilian,
strukturnya panjang seperti rangkaian manik-manik. Pada salamander testis
terlihat lebih pendek dengan permukaan yang tidak rata. Badan lemak terlihat
pada gonad jantan.
2. Pengamatan kedua pada Mus musculus
Mus musculus
termasuk ke dalam hewan vivipar (beranak). Hewan vivipar adalah hewan yang melahirkan anaknya dan
menyusui. Embrio berkembang di dalam tubuh induknya dan mendapatkan makanan
dari induknya dengan perantara plasenta (ari-ari). Pada praktikum digunakan Mus
musculus dengan jumlah sepasang, yaitu jantan dan betina yang memiliki alat
reproduksi yang berbeda. Pada mencit jantan, testis berjumlah sepasang,
bentuknya bulat telur dan terletak di dalam skrotum, dibungkus dengan jaringan
ikat fibrosa, tunika albugenia. Pada saluran reproduksi, tubulus semeniferus
berkembang menjadi duktus eferen kemudian akan menuju epididimis. Epididimis
terletak di sekeliling testis.
a.
Mencit
betina
Pada
saluran reproduksi, oviduk bagian posteriornya berdilatasi membentuk uterus
yang mensekresikan bungkus telur. Oviduk menuju ke sinis urogenital dan bermuara
di kloaka. Pada mamalia yang lain, duktus muller membentuk oviduk, uterus, dan
vagina. Bagian anterior oviduk (tuba falopi) membentuk infundibulum yang
terbuka kearah rongga selom. Pada mencit betina ini memiliki empat macam tipe
uterus, yaitu dupleks, bipartil, bikomuat dan simpleks. Pada mamalia memiliki
kelenjar susu yang merupakan modifikasi dari kelenjar keringat. Perkembangannya
dikontrol oleh hormon estrogen dan progesteron.
b.
Mencit
jantan
Testis
berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan terletak di dalam skrotum,
dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia. Ukuran testis
tergantung pada hewannya. Jika testis tidak turun ke skrotum disebut Cryptorchydism
yang menyebabkan sterilitas. Lintasan antara rongga abdomen dan rongga skrotum
disebut saluran inguinal.
Saluran reproduksi. Tubulus
mesonefrus berkembang menjadi duktus eferen kemudian akan menuju epididimis.
Epididimis terletak di sekeliling testis. Epididimis anterior (kaput
epididimis) lalu kea rah posteriorkorpus dan kaudus yang berbatasan dengan
duktus deferen. Duktus wolf menjadi epididimis, duktus deferen, dan vesikula
seminalis.
Mencit
telah memiliki alat kelamin luar berupa penis. Alat kelamin dalam yaitu:
Testis, berjumlah dua buah terletak satu pada bagian kanan kelenjar bul
bourethra dan satu di sebelah kirinya. Testis berada dalam rongga perut dan
terletak pada suatu kantong yang disebut scrotum. Epididmis, melekat pada sisi posterior
testis. Yang terdiri atas tiga daerah utama, yaitu caput yang merupakan bagian
kepala, corpus merupakan bagian tengah, dan cauda yang merupakan bagian ujung
atau ekor yang terletak di bawah testis. Vas defferens, merupakan kelenjar
pelengkap langsung dengan saluran epididmis dan vasikula seminalis, strukturnya
kecil memanjang dan berlekuk-lekuk. Vas
efferens, saluran halus yang bermuara pada kloaka. Vesikula seminalis,
merupakan kelenjar asesoris yang terdapat dalam keadaan berpasangan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Organ
reproduksi katak jantan berbeda dengan katak betina. Pada katak jantan terdapat
sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih-putihan) terletak disebelah
atas ginjal. Organ reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium yang
terdapat pada bagian belakang rongga tubuh diikat oleh penggntungnya yang
disebut mesovarium.
Organ
reproduksi eksternal dapat diamati pada Mus musculus , pada betina yaitu vagina
dan jantan yaitu penis. Organ reproduksi mencit jantan terdiri dari testis,
penis, vas deferens, kelenjar bulbourethal. Sedangkan pada mencit betina
terdiri dari ovarium, oviduk, dan vagina. Organ reproduksi merpati jantan
terdiri dari testis, vas deferens, kloaka. Sedangkan merpati betina teridiri
dari ovarium,ostium tuba, uterus, dan kloaka. Organ reproduksi katak jantan
terdiri dari testis, vas deferens, kloaka. Sedangkan katak betina teridiri dari
ovarium,ostium tuba, uterus, dan kloaka.
Perbedaan
sistem reproduksi antara mencit dan katak adalah katak memiliki sistem
reproduksi eksternal, sedangkan mencit sistem reproduksi internal. Kemudian,
katak memiliki kloaka sebagai tempat keluarnya ovum dan sperma sedangkan mencit
memiliki penis dan vagina sebagai tempat keluarnya ovum dan sperma.
B.
Saran
Praktikan agar
kiranya lebih memperhatikan saat proses praktikum berlangsung dan berhati-hati
saat menggunakan alat laboratorium untuk mencegah kerusakkan pada alat
tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Adnan. 2010. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan.
Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
Barnes, R.M. 1973. Motion Study and
Time Study. Van Nostrand
Reinhold Co. New York.
Campbell, Neil. A. Mitchel dan Recee. 2004. Biologi Umum Edisi kelima. Jakarta :
Erlangga.
Campbell, Jane B.Reece dan Laurence G.
Mitchell. 2003. Biologi
Umum Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Edy, Yuwono dan Purnama, Sukardi. 2001. Fisiologi Hewan Air edisi pertama. CV
Sagung Seto: Jakarta.
Evie, Azhfizar, Lucia. 2007. Mengenal Makhluk
Hidup. Group Grafiti: Jakarta.
Irlawati. 2000.
Ringkasan Materi Olimpiade Internasional. ITB: Bandung.
Kimball, W John. 2000. Biologi Jilid 2 edisi ke-5. Erlangga:
Jakarta.
Pagarra,
Halifah, dkk. 2010. Penuntun Praktikum
Struktur Hewan. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
Pratiwi,
DA. Biologi 2. Erlangga: Jakarta.
Radiopoero.1998. Zoologi. Erlangga: Jakarta.
makasi, sangat bermamfaat
BalasHapusMakasih sangat membantu
BalasHapusMakasih sangat membantu
BalasHapusmakasih banyak, kak
BalasHapusMakasih kk
BalasHapusMakasih kk
BalasHapus