NAMA : CINTA
WULANDASARI
NIM :
1316042045
PENDIDIKAN
IPA ‘13
DIALEKTIKA
HEGEL
Georg
Wilhelm Friedrich Hegel
A.
DIALEKTIKA
Dialektika
merupakan metode yang dipakai Hegel dalam memahami realitas sebagai perjalanan
ide menuju pada kesempurnaan. Menelusuri meteri baginya adalah kesia-siaan
sebab materi hanyalan manifestasi dari perjalanan ide tersebut. Dengan
dialektika, memahami ide sebagai realitas menjadi dimungkinkan. Dialektika
dapat dipahami sebagai “The Theory of the Union of opposites” (teori tentang
persatuan hal-hal yang bertentangan). Terdapat tiga unsur atau konsep dalam
memahami dialektika yaitu pertama, tesis, kedua sebagai lawan dari yang pertama
disebut dengan antitesis. Dari pertarungan dua unsur ini lalu muncul unsur
ketiga yang memperdamaikan keduanya yang disebut dengan sinthesis. Dengan
demikian, dialektika dapat juga disebutsebagai proses berfikir secara totalitas
yaitu setiap unsur saling bernegasi (mengingkari dan diingkari), saling
berkontradiksi (melawan dan dilawan), serta saling bermediasi (memperantarai
dan diperantarai).
Untuk
memahami proses triadic itu (thesis, Antitesis, dan sithesis), Hegel
menggunakan kata dalam bahsa Jerman yaitu aufheben Kata ini memiliki makna
“menyangkal”, “menyimpan” dan “mengangkat”. Jadi dialektika bagi Hegel bukanlah
penyelesaian kontradiksi dengan meniadakan salah satunya tetapi lebihdari itu.
Proposi atau tesis dan lawannya antitesis memiliki kebenaran masing-masing yang
kemudian diangkat menjadi kebenaran yang lebih tinggi. Tj. Lavine menerangkan
proses ini sebagai berikut:
1. Menunda
klonflik antara tesis dan antitesis.
2. Menyimpan
elemen kebenaran dari tesis dan antitesis.
3. Memgungguli
perlawanan dan meninggikan konflik hingga mencapai kebenaran yang lebih tinggi.
Hagel
memberikan contoh sebagai berikut “yang mutlak adalah yang berada murni (pure
being)” yang tidak memiliki kualitas apapun. Namun yang berada murni tanpa
kualitas apapun adalah “yang tiada (nothing)” ini merupakan regasi dari proposi
atau tesis, oleh sebab itu kita terarah pada antitesis “yang mutlak adalah yang
tiada”. Penyatuan antara tesis dan antitsis tersebut menjadi sinthesis yaitu
apa yang disebut menjadi (becoming) maka “yang mutlak adalah yang menjadi”,
sinthesis inilah kebenaran yang lebih tinggi.
Dialektika
Hegel merupakan alternatif tradisional yang mengasumsikan bahwa proposi
haruslah terdiri dari subjek dan predikat. Logika seperti ini bagi Hegel
tidaklah memadai. Berikut contoh yang bisa sedikit menerangkan tentang hal
tersebut, dalam logika tradisional terdapat proposi sebagai berikut Heru adalah
seorang paman”, kata paman disini merupakan predikat yang dinyatakan begitu
saja benar (benar dengan sendirinya), Heru tidak perlu mengetahui keberadaannya
sebagai paman, maka dalam hal ini logika tradisional mengandung cacat. Hegel
menggantinya dengan dialektika untuk menuju pada kebenaran mutlak, paman bagi
Hegel tidaklah benar dengan sendirinya, sebab eksistensinya sebagai paman juga
membutuhkan eksistensi orang lain sebagai keponakan. Dari perseteruan antara
paman sebagai tesis dan keponakan sebagai antitsis maka tidaklah memungkinkan
kebenaran parsial atau individual, kesimpulannya adalah kebenaran terdiri dari
paman dan keponakan. Jika dialektika ini diteruskan akan mencap[ai kebenaran
absolut yang mencakup keseluruhan. Tidak ada kebenaran absolut tanpa melalui
keseluruhan dialektika. Setiap tahap yang belakangan mengandung semua tahap
terdahulu. Sebagaimana larutan, tak satupun darinya yang secara keseluruhan
digantikan, tetapi diberi tempat sebagai suatu unsur pokok di dalam
keseluruhan.
B.
FILSAFAT
SEJARAH
Setelah
Hegel menyatakan bahwa yang sejati adalah rasional dan kemudian menerangkan
tentang dialektika yang membawa ruh kepada titik absolut, maka kita kemudian
akan di bawa pada pemahaman hakekat sejarah. Sejarah bagi Hegel dapat dipahami
sebagai proses dialektika ruh. Filsafat sejarah Hegel merupakan perwujudan atau
pengejewantahan dari ide universal menuju pada absolutisme dengan menjelaskan
semua yang terjadi sebagai proses.
Bagi
Hegel, sejarah berlaku pada kelompok bukan dalam individu. Searah berkaitan
dengan jiwa manusia dan seluruh budayanya bukan dengan Ilmu dan tekhnologi
seperti yang di jelaskan oleh para pemikir pencerahan. Hegel mengangap sejarah
tidakah bergerak secara lurus terhadap kemajuan, namun ia bergerak secara
dialektis melalui jalan melingkar.
Dalam
The Philosophy of History Hegel mengatakan bahwa Esensi dari ruh adalah
kebebasan, maka kebebasan adalah tujuan dari sejarah. Sejarah baginya merupakan
gerak kearah rasionalitas dan kebebasan yang semakin besar. Hegel kemudian
merumuskan perkembangan historis ruh, yang terbagi dalam tiga tahap: Pertama,
Timur. Kedua, Yunani dan Romawi dan Ketiga, Jerman. Pada fase pertama kita akan
temui bahwa yang bebas hanyalah satu orang, seperti yang kita lihat dalam
monarki Cina dan Timur Tengah, lalu sejarah bergerak pada masa Yunani Kuno dan
Romawi dimana yang bebas menjadi beberapa orang sebab masih ada pembedaan
antara tuan dan budak maka bentuk yang sempurna adalah Jerman dimana yang bebas
adalah semuanya Pemikiran Hegel mengarahkan kita pada pemahaman bahwa sejarah
merupakan pergerakan penuh tujuan atas cita-cita Tuhan untuk kemanusiaan. Hegel
pun memahami bahwa sejarah memang merupakan meja pembantaian dimana
kesengsaraan, kematian , ketidakadilan dan kejahatan menjadi bagian dari
panggung dunia. Namun Filsafat sejarah merupakan teodisi atau usaha untuk
membenarkan tuhan dan mensucikan tuhan data tuduhan bahwa tuhan membiarkan
kejahatan berkuasa di dunia. Dia menunjukkan anggapan yang salah tentang
sejarah di sebabkan karena merekan hanya melihat permukaanya saja, tetapi
mereka tidak melihat aspek Laten serta potensial dalam sejarah yaitu jiwa
absolut dan esensi jiwa yaitu kebebasan.
Sejarah
merupakan peristiwa atau kejadian pada masa lampau. Inilah pengertian yang
biasa kita ketahui sejak kita mulai mengenal sejarah. Namun, apabila kita
memandang sejarah bukanlah hanya masa lampau saja, tetapi sejarah pun menjadi
unsur perubahan dari masa ke masa. Sejarah merupakan salah satu
pencerminan perubahan dalam kehidupan yang lebih baik. Tidak hanya itu,
sejarah juga dapat menjadi sebagai subjek kajian dalam aktivitas manusia dan
sesuatu yang signifikan terhadap sosial melalui sejarah dari sudut pandang
filasafat, yang mana disebut dengan fisafat sejarah.Filsafat sejarah adalah
komponen yang secara umum tidak dapat dipisahkan dari rangkaian keilmuan
filsafat. Karena kajian sejarah yang dipahami merupakan bagian integral dari
sudut pandang filsafat itu sendiri.
Abad
ke-19 adalah abad ketika filsafat sejarah metafisika yang paling kaya warna
mampu berkembang sepenuhnya dan membawa seluruh hasil yang dipetik teori-teori
besar tentang hakikat perkembangan sejarah dan nasib manusia.Pada abad ini filsafat menjadi sesuatu
yang semarak, eksplosif, dan revolusioner dalam pemikiran formal sejak terjadi
benturan antara rasionalisme dan kristianitas tradisional. Pada masa
ini,terjadi pembongkaran secara sistematis atas metode dan pandangan filsafat
tradisional. Meskipun demikian, karakteristik filsafat pada abad ke-19 yang
cenderung mengangkat filsafat-filsafat besar tentang sejarah dan hukum-hukum
perkembangan sejarah.
Dalam
filsafat sejarah ini bertujuan memperjelas dan menganalisis
gagasan-gagasan tentang sejarah. .Dengan demikian, beberapa
tokoh bermunculan dari ranah filsafat sejarah, dan Hegel adalah salah satu
yang termasuk didalamnya. Untuk selanjutnya kita akan membahas tentang Hegel,
filsafat yang berkaitan dengan sejarah.
Bagi
Hegel, Roh yang memikirkan dirinya sendiri adalah realitas yang terdapat proses
pengenalan diri yang terjadi melalui kesadaran diri manusia. Filsafat hegel
umumnya dianggap titik puncak perkembangan idealism pasca Kantian di Jerman.
Filsafatnya jelas merupakan salah satu dari sistem-sistem pemikiran yang paling
berpengaruh pada abad ke-19. Tanpa Hegel, Marxisme tak akan terbayangkan.
Karena itu, tanpanya konflik-konflik ideologi pada zaman sekarang pun akan
sulit dibayangkan. Selain itu, Hegel juga telah menimbulkan banyak pengaruh
lain yang luas jangkauannya terhadap pemikiran modern, yang bukan hanya
mencakup filsafat, namun juga teori sosial, sejarah dan hukum.
C. BIOGRAFI
Tokoh
Filsafat Dialektika Georg Wilhelm Friedrich Hegel adalah seorang filsuf
idealis Jerman yang lahir di Stuttgart, Wurttemberg. Pengaruhnya sangat luas
terhadap para penulis dari berbagai posisi, termasuk para pengagumnya antara
lain F. H. Bradley, Sartre, Hans Kung, Bruno Bauer, Max Stirner, Karl Marx, dan
yang menentangnya antara lain, Kierkegaard, Schopenhauer, Nietzsche, Heidegger,
Schelling. Dapat dikatakan bahwa dialah yang pertama kali memperkenalkan
gagasan dalam filsafat, bahwa Sejarah dan hal yang konkret adalah penting untuk
bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni masalah-masalah
abadi dalam filsafat. Ia juga menekankan pentingnya yang lain dalam proses
pencapaian kesadaran diri. Hegel dilahirkan di Stuttgart pada 27 Agustus 1770.
Di masa kecilnya, ia suka membaca literatur, surat kabar, esai filsafat, dan
tulisan-tulisan tentang berbagai topik lainnya. Masa kanak-kanaknya yang rajin
membaca,disebabkan oleh ibunya yang luar biasa progresif dan aktif
mengasuh perkembangan intelektual anak-anaknya. Keluarga Hegel adalah sebuah keluarga
kelas menengah yang mapan di Stuttgart. Ayahnya seorang pegawai negeri dalam
administrasi pemerintahan di Wurttemberg. Hegel adalah seorang anak yang
sakit-sakitan dan hampir meninggal dunia karena cacar sebelum mencapai usia
enam tahun. Hubungannya dengan kakak perempuannya, Christiane, sangat erat, dan
tetap akrab sepanjang hidupnya. Hegel dikenal sebagai filsuf yang menggunakan
dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal
yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis
(pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi).
Pengiyaan harus berupa konsep pengertian yang empiris indrawi. Pengertian yang
terkandung di dalamnya berasal dari kata-kata sehari-hari, spontan, bukan
reflektif, sehingga terkesan abstrak, umum, statis, dan konseptual. Pengertian
tersebut diterangkan secara radikal agar dalam proses pemikirannya kehilangan
ketegasan dan mencair. Pengingkaran adalah konsep pengertian pertama
(pengiyaan) dilawan artikan, sehingga muncul konsep pengertian kedua yang
kosong, formal, tak tentu, dan tak terbatas. Menurut Hegel, dalam konsep kedua
sesungguhnya tersimpan pengertian dari konsep yang pertama. Konsep pemikiran
kedua ini juga diterangkan secara radikal agar kehilangan ketegasan dan
mencair. Kontradiksi merupakan motor dialektika (jalan menuju kebenaran) maka
kontradiksi harus mampu membuat konsep yang bertahan dan saling mengevaluasi.
Kesatuan kontradiksi menjadi alat untuk melengkapi dua konsep pengertian yang
saling berlawanan agar tercipta konsep baru yang lebih ideal. Karya utama :
Phenomenology of Spirit pada tahun 1807. Dan contoh masalah yang dihadapi Hegel
adalah ketika para penerjemah Inggris dari buku Phanomenologie des Geistes
tidak pasti apakah mereka harus menerjemahkan “Geist” dengan “Roh” atau
“Pikiran”, meskipun istilah “Roh” dan “Pikiran” sangat berbeda dalam bahasa Inggris.Dan karya lainnya adalah Science of
Logic pada tahun 1812–1816, Encyclopedia of the Philosophical Sciences
pada tahun 1817–1830, Elements of the Philosophy of Right pada tahun 1821
D.
PEMIKIRAN
Karya-karya
pemikirannya menunjukkan ketajaman serta keseimbangan daya berpikir yang luar
biasa. Bagi Hegel tugas utama filsafat adalah memahami kenyataan sebagaimana
adanya. Dia berkeyakinan bahwa kebenaran secara menyeluruh atau bagian-bagian
dari kebenaran dapat ditelaah melalui penalaran yang wajar serta dimengerti.
Pemikiran
Hegel tidak bisa dilepaskan dalam dialektika antara tesis, antitesis dan
sintesis. Dalam bukunya Philosphy of Right, negara dan masyarakat sipil
ditempatkan dalam kerangka dialektika itu yaitu keluarga sebagai tesis,
masyarakat sipil sebagai antitesis dan negara sebagai sintesis.
Dialektika
itu bertolak dari pemikiran Hegel bahwa keluarga merupakan tahap pertama akan
adanya kehendak obyektif. Kehendak obyektif dalam keluarga itu terjadi karena
cinta berhasil mempersatukan kehendak. Konsekuensinya, barang atau harta benda
yang semula milik dari masing-masing individu menjadi milik bersama. Akan
tetapi, keluarga mengandung antitesis yaitu ketika individu-individu
(anak-anak) dalam keluarga telah tumbuh dewasa, mereka mulai meninggalkan
keluarga dan masuk dalam kelompok individu-individu yang lebih luas yang
disebut dengan masyarakat sipil (Civil Society). Individu-individu dalam masyarakat
sipil ini mencari penghidupannya sendiri-sendiri dan mengejar tujuan hidupnya
sendiri-sendiri. Negara sebagai institusi tertinggi mempersatukan keluarga yang
bersifat obyektif dan masyarakat sipil yang bersifat subyektif.
Meskipun
logika pemikiran Hegel nampak bersifat linear, namun Hegel tidak bermaksud
demikian. Hegel memaksudkan bahwa dalam kerangka dialektika antara tesis,
antitesis dan sintesis. Dalam kerangka teori dialektikanya ini, Hegel
menempatkan masyarakat sipil di antara keluarga dan negara. Dengan kata lain,
masyarakat sipil terpisah dari keluarga dan dari negara.
Masyarakat
sipil bagi Hegel digambarkan sebagai masyarakat pasca Revolusi Perancis yaitu
masyarakat yang telah diwarnai dengan kebebasan, terbebas dari belenggu
feodalisme. Dalam penggambaran Hegel ini, Civil Society adalah sebuah bentuk
masyarakat dimana orang-orang di dalamnya bisa memilih hidup apa saja yang
mereka suka dan memenuhi keinginan mereka sejauh mereka mampu. Negara tidak
memaksakan jenis kehidupan tertentu kepada anggota Civil Society seperti yang
terjadi dalam masyarakat feodal karena negara dan Civil Society terpisahkan.
Masyarakat sipil adalah masyarakat yang terikat pada hukum. Hukum diperlukan
karena anggota masyarakat sipil memiliki kebebasan, rasio dan menjalin relasi
satu sama lain dengan sesama anggota masyarakat sipil itu sendiri dalam rangka
pemenuhan kebutuhan mereka. Hukum merupakan pengarah kebebasan dan rasionalitas
manusia dalam hubungan dengan sesama anggota masyarakat sipil. Tindakan yang
melukai anggota masyarakat sipil merupakan tindakan yang tidak rasional.
E.
METAFISIKA
DAN RUH ABSOLUT
Filsafat
Hegel sering disebut sebagai puncak idealisme Jerman. Filsafatnya banyak
diinspirasikan oleh Imanuel Kant dengan filsafat ilmunya ( filsafat dualisme),
Kant melakukan pengkajian terhadap kebuntuan perseteruan antara Empirisme
dan Rasionalisme, keduanya bagi Kant terlalu ekstrem
dalam mengklaim sumber pengetahuan. “Revolusi Kantian” kemudian berhasil
menemukan jalan keluarnya.
Hegel
yang pada awalnya sangat terpengaruh oleh filsafat Kant tersebut kemudian
menemukan jalan keluarnya melalui kontemplasi yang terus menerus. Ketertarikan
Hegel sejak awal pada metafisika, meyakinkannya bahwa ada ketidak jelasan
bagian dunia, bagi Bertrand Russell pemikirannya kemudian merupakan
Intelektualisasi dari wawasan metafisika
Pada
dasarnya filsafat Hegel mematahkan anggapan kaum empiris seperti John Lock,
Barkeley dan David Hame. Mereka ( kaum empiris ) mengambil sikap tegas pada
metafisika, bagi Lock metafisika tidak mampu menjelaskan basis fundamental
filsafat atau Epistimologi ( bagaimana
realitas itu dapat diketahui ) dan tidak dapat mencapai realitas total,
pendapat ini diteruskan kembali oleh David Hume bahwa metafisika tidaklah
berharga sebagai ilmu dan bahkan tidak mempunyai arti., baginya metafisika
hanya merupakan ilusi yang ada diluar batas pengertian manusia.
Dengan
metafisika kemudian Hegel mencoba membangun suatu sistem pemikiran yang
mencakup segalanya baik Ilmu Pengetahuan, Budaya, Agama, Konsep Kenegaraan,
Etika, Sastra, dll. Hegel meletakkan ide atau ruh atau jiwa sebagai realitas
utama, dengan ini ia akan menyibak kebenaran absolut dengan menembus
batasan-batasan individual atau parsial. Kemandirian benda-benda yang terbatas
bagi Hegel dipandang sebagai ilusi, tidak ada yang benar nyata kecuali
keseluruhan (The Whole).
Hegel
memandang Realitas bukanlah suatu yang sederhana, melainkan suatu sistem yang
rumit. Ia membangun filsafat melalui metafora pertumbuhan biologis dan
perubahan perkembangan atau bisa disebut dengan organisme. Pengaruh konsep
organisme pada diri Hegel, membuatnya memandang bahwa organisme merupakan model
untuk memahami kepribadian manusia, masyarakat, institusi, filsafat dan
sejarah. Dalam hal ini organisme dipandang sebagai suatu hirarki, kesatuan yang
saling membutuhkan dan masing-masing bagian memiliki peran dalam mempertahankan
suatu keseluruhan.
Segala
sesuatu yang nyata adalah rasional dan segala sesuatu yang rasional adalah
nyata (all that is real is rational and all that is rational is real) adalah
merupakan dalil yang menegaskan bahwa luasnya ide sama dengannya luasnya
realitas. Dalil ini berbeda dengan yang dinyatakan oleh keum empiris tentang
realitas, “yang nyata” bagi kaum empiris secara tegas ditolak oleh Hegel, sebab
baginya itu tidaklah rasional, hal tersebut terlihat rasional karena merupakan
bagian dari aspek keseluruhan.
Hegel
meneruskan bahwa keseluruhan itu bersifat mutlak dan yang mutlak itu bersifat
spiritual yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya sendiri. Jadi realitas pada
kesendiriannya bukanlah hal yang benar-benar nyata, tetapi yang nyata pada
dirinya adalah partisipasinya pada keseluruhan.
Dalam
bukunya Phenomenologi of Mind (1807), Hegel
menggambarkan tentang “yang mutlak” sebagai bentuk yang paling sempurna dari ide
yang selanjutnya menjadi ide absolut. Ide absolut
menurut Bertrand Russell adalah pemikiran murni, artinya adalah bahwa ide
absolut merupakan kesempurnaan fikiran atau jiwa yang hanya dapat memikirkan
dirinya sendiri. Pikirannya dipantulkan kedalam dirinya sendiri melalui
kesadaran diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar