HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul “Respirasi”, disusun oleh :
Nama : Cinta Wulandasari
Nim :
1316042045
Kelompok : III
Kelas : Pendidikan IPA
Telah
diperiksa dan dinyatakan diterimah oleh asisten dan koordinator asisten.
Makassar,
Januari 2014
Koordinator Asisten Asisten


NIM
: 1114040004
Mengetahui,
Dosen
Penanggung Jawab

NIP : 198510102008121004
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Makanan yang kita makan masuk ke dalam tubuh melalui
sistem pencernaan. Setelah melalui serangkaian proses, makanan tersebut diubah
menjadi molekul yang sangat kecil yakni berupa glukosa. Hasil dari sistem
pencernaan tersebut belum bisa digunakan sebagai energi tetapi harus diubah
terlebih dahulu menjadi ATP melalui proses respirasi yang membutuhkan oksigen.
Oksigen didapatkan tubuh dari udara yang dialirkan melalui organ-organ
respirasi.
Setelah melewati organ respirasi, oksigen dibawah oleh
darah dan diikat oleh haemoglobin menuju sel untuk melakukan respirasi seluler
di organel mitokondria. Hasil dari respirasi seluler tersebut berupa ATP yang
sangat dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas. Sementara hasil sampingannya
berupa karbon dioksida yang sangat berbahaya apabila tidak diekskresikan.
Karbon dioksida diekskresikan oleh tubuh melalui saluran pernapasan.
Berbagai sistem metabolisme dalam tubuh dapat terganggu
apabila hasil sampingan respirasi berupa karbondioksida tersebut mengendap
didalam tubuh karena karbon dioksida mudah sekali berikatan dengan air
membentuk asam karbonat yang mampu menciptakan kondisi asam. Sehingga
organ-organ respirasi dapat berperan ganda sebagai organ ekskresi juga. Karena
peran yang sangat penting dari otgan-organ respirasi yang membentuk satu
kesatuan maka apabila salah satu organ mengalami kerusakan, respirasi akan
terhambat dan hal tersebut akan berpengaruh pula pada system metabolisme
lainnya.
Respirasi pada umumnya merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh makluk hidup, baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan. Olehnya
itu, melalui praktikum unit ke enam yaitu Respirasi, kita dapat membuktikan
bahwa setiap organisme membutuhkan oksigen dimana kebutuhan oksigennya
bergantung jenis dan ukuran berat tubuhnya.
B. Tujuan
Praktikum
1.
Membuktikan
bahwa organisme hidup membutuhkan oksigen untuk respirasinya.
2.
Membandingkan
kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis dan ukuran berat tubuhnya.
C. Manfaat
Praktikum
Mahasiswa dapat lebih mengetahui pentingnya oksigen dalam
proses respirasi makhluk hidup serta mengetahui perbandingan oksigen yang
dibutuhkan menurut jenis dan ukuran tubuhnya.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Makhluk hidup merupakan organisme yang membutuhkan
oksigen. Semua organisme, baik hewan maupun tumbuhan melakukan respirasi, namun
pada tumbuhan sering agak sukar untuk menunjukkan respirasinya, karena tumbuhan
yang berklorofil juga melakukan fotosintesis. Pada fotosintesis terjadi
sebaliknya, yaitu menggunakan
dan melepaskan
untuk menunjukan
respirasi pada tumbuhan, biasanya digunakan kecambah yang belum mengandung
klorofil, atau jika tumbuhan tadi mengandung klorofil, harus disimpan ditempat
gelap.


Pada respirasi hewan hewan vertebrata darat, terjadi
pengambilan dan pengeluaran udara dalam mekanisme respirasinya. Komposisi udara
yang diisap dapat dianggap sama denga atmosfer diluar tubuh. Sedangkan udara
yang dikeluarkan dari paru-paru mengandung
yang lebih sedikit
dan
yang lebih banyak
(Wahyuningsih, 2004).


Respirasi adalah proses oksidasi bahan makanan atau bahan
organik yang terjadi didalam sel yang dapat dilakukan secara aerob maupun
anaerob. Dalam kondisi aerob, respirasi ini memerlukan oksigen bebas dan
melepaskan karbon dioksida dan energi. Apabila yang dioksidasi adalah gula,
maka reaksi yang terjadi adalah :




Jumlah
yang dihasilkan
dan jumlah
yang digunakan
dalam respirasi aerob tidak selalu sama. Hal ini tergantung pada jenis bahan
yang digunakan. Perbandingan antara jumlah
yang dilepaskan
dan jimlah
yang dibutuhkan
disebut Respiratory Quotient (RQ). Untuk karbohidrat nilai RQ nya = 1, maka
nilai RQ ini dapat bervariasi tergantung pada bahan untuk respirasi, sempurna
tidaknya respirasi dan kondisi-kondisi lainnya ( Tim Pengajar, 2013)




Respirasi dalam hal ini merupakan fungsi kumulatif dan tiga tahapan
metabolik yaitu glokilisis, siklus krebs, dan rantai transfer elektron. Dua
yahapan pertama yaitu glikolisis dan siklus krebs merupakan jalur katabolik
yang menguraikan glukosa dan bahan bakar lainnya. Glikolisis yang terjadi
didalam sotosol, mengalami perombakan dengan pemecahan glukosa menjadi dua
molekul senyawa yang disebut piruvat. Siklus krebs yang terjadi pada matris
mitokondria, menyempurnakan pekerjaan ini dengan menguraikan turunan piruvat
menjadi karbondioksida.
Dengan demikian, karbondioksida yang dihasilkan oleh respirasi merupakan
fragmen molekul organik yang teroksidasi. Sebagian tahap glikolisis dan siklus
krebs ini merupakan reaksi redoks diman enzim dehidrogenase mentransfer elektron
dari substrak ke
dan membentuk
NADH. Energi yang dilepas pada setiap fodforilasi oksidatif karena sintesis ini
digerakkan oleh reaksi redoks yang mentransfer elektron dari makanan ke oksigen
(Cambell, 2002).

Pertukan gas antara atmosfer, darah, sel-sel disebut respirasi. Tiga proses
dasar terlihat dalam respirasi yaitu, pertama ventilasi paru atau bernapas,
adalah inspirasi (aliran masuk) dan ekspirasi (aliran keluar) udara antara
atmosfer dengan paru-paru. Proses kedua dan ketiga melibatkan pertukaran gas di
dalam tubuh. Respirasi eksternal dan respirasi paru adalah pertukaran gas
antara paru-paru dan darah. Respirasi saringan adalah pertukaran gas antara
darah dan sel-sel tubuh (Soenaryo, 1999).
Respirasi dapat pula diartikan sebagai proses oksidasi bahan organik yang
terjadi di dalam sel, berlangsung secara aerobik maupun anearobik. Dalam
respirasi aerobik ini diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta
energi. Sedangkan dalam proses respirasi secara anearop dimana oksigen tidak
atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawalain karbondioksida. Diketahui nilai
RQ untuk karbohidrat = 1, protein <1 (= 0,8 – 0,9 ), lemak <1 (= 0,7) dan
asam organik > 1 (1,33) (Gardiner, 1991).
Proses respirasi ini diawali dengan adanya penangkapan
dari lingkungan.
Proses transfor gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara
difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk kedalam setiap sel
tumbuhan debgan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma
dan membran sel. Demikian juga halnya dengan
yang dihasilkan
respirasi akan difusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini
karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangan permeabel bagi kedua
gas tersebut, setelah mengambil
dari udarah,
kemudian digunakan
dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu giokolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus asam sitrat, dan transfor elektron.




Tahapan yang pertama adalah glikolisis, yaitu tahapan
pengubah glukosa menjadi dua molekul asam priruvat (beratom C3), peristiwa
iniberlangsung disitosol. Aam piruvat yang yang dihasilkan selanjutnya akan
diproses dalam tahap dekarboksilasi oksidatif. Selain itu glikolisis juga
menghasilkan2 molekul ATP sebagai energi, dan 2 molekul NADH yang akan
digunakan dalam tahap tranfor elektron ( Salisbury, 1996).
Insekta bernafas dengan menggunakan sistem trakea. Sistem
trakea pada srangga misalnya belalang terdiri atas spirakel, saluran ( pembuluh
trakea), dan trakeoulus, spirakel atau sigma merupakan jalan keluar masuknya udara
dari dan kedalam. Sistem trakea, terdapat eksoskeleton (kerangka luar),
berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat katin, terletak berpapasan pada
setiap segmen tubuh, dan merupakan tempat bermuaranya pembuluh trakea. Pada
umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang dan tertutup saat serangga
beristirahat. Udara masuk saat melalui empat pasang spirakel depan dan keluar
melalui enam pasang spirakel belakang.
Oksigen dari luar masuk melalui spirakel, kemudian menuju
pembuluh-pembuluh trakea, dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi
menjadi cabang halus yang disebut trakeolus, sehingga dapat mencapai seluruh
jaringan menjadi cabang tubuh bagian dalam. Trekeolus merupakan cabang-cabang
terkecil kurang dari 0,1 mikrometer dari saluran trakea yang berhubungan
langsung dengan jaringan tubuh, tidak berlapis zat katin, di dalam ujungna
trdapat cairan dan gas-gas terlarut di dalamnya, dan dibentuk oleh sel yang
disebut trekeoblas, serta berfunsi sebagai tempat pertukaran udara pernafasan.
Cairan pada ujung trakeolus membuat udara lebih muda berdifusi ke jaringan.
Trakeolus fungsi sama dengan kapiler pada sistem jaringan pengangkutan atau
transfortasi pada vertebrata ( Kimball, 1983).
Mekanisme pennafasan pada belalang diatur oleh otot perut
atau abdomen berelaksasi. Volume trekea mengecil sehingga udara masuk.
Sebaliknya ketika otot abdomen berkontraksi. Volume trakea mengecil sehingga
udara masuk. Jalur yang dilalui udara pernafasan yaitu udara luar, stigma/spirakel,
saluran atau pembuluh trakea, trakeolus, jaringan tubuh. Jadi sistem trekea
berfungsi mengangkut oksigen dan mengedarkannya keseluruh tubuh, serta
sebaliknya mengangkut karbondioksida hasil respirasi untuk dikeluarkan dari
tubuh. Dengan demikian darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari
makanan dan bukan untuk mengangkut udara pernafasan ( Kuchel, 2006).
Arthropoda lain seperti laba-laba (Arachinida) dan kalajrngking (scorpionoda)
bernafas dengan paru-paru buku. Paru-paru buku ini merupakan invaginasi
(perlekukan ke dalam) abdomen. Paru-paru buku banyak memiliki lamella seperti
halaman bukubyang dipisahkan oleh batang-batang sehingga udara dapt bergerak
bebas. Udara dari luar masuk melalui spirakel secara difusi. Selanjutnya udara
diantara sela-sela lamella dan berdifusikan dengan pembuluh darah di sekitar
lamella (Poedjadi, 1994).
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Hari/tanggal :
Sabtu, 05 Januari 2014
Pukul :
15:30 s/d 17:30
Tempat :
Laboratorium Biologi lt.3 FMIP UNM
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
:
a.
1
set respirometer sederhana ( simple respirimeter)
b.
1
buah pipet kecil
c.
1
buah stopwatch
d.
1
buah neraca
e.
Alat
tulis menulis
2.
Bahan
a.
Kapas
b.
Vaselin
c.
Larutan
eosin
d.
2
ekor belalang ( Dissosteria carolina) dengan
ukuran yang berbeda
e.
2
ekor kecoa ( Blatta orientalis) dengan
ukuran yang berbeda
f.
Kecambah
kacanh hijau (Paseolus radiatus)
C.
Prosedur Kerja
1.
Percobaan
1
a.
Mengambil
seekor belalang (Dissosteria carolina)
dan memasukkannya ke dalam tabung respirometer. Selain itu, meletakkan KOH
kristal yang telah dibungkus dengan kapas dileher respirometer.
b.
Menutup
tabung respirometer dengan penutupnya yang berhubungan dengan pipa kaca
berskala, dan kemudian meletakkannya pada sandarannya.
c.
Setelah
itu, mengolesi vaselin pada sambungan tabung respirometer dengan penutupnya
untuk mencegah kebocoran.
d.
Meneteskan
larutan eosin pada ujung pipa kaca berskala sampai masuk ke dalam salurannya
dan mengamati pergeseran eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala. Serta
mencatat berapa jarak mulai skala 0,0 sampai satu menit.
e.
Melakukan
pengamatan sampai eosin tiba pada skala 10 atau eosin tidak bergeser.
f.
Setelah
itu, mengeluarkan belalang yang tadi dan membersihkan respirometer sederhana
yang telah digunakan. Dan memasukkan seekor belalang (Dissosteria Carolina) dengan ukuran yang berbeda. Dan melakukan
langkah-langkah yang sama.
2.
Percobaan
2
a.
Mengambil
seekor kecoa (Blatta orientalis) dan
memasukkannya ke dalam tabung respirometer. Selain itu, meletakkan KOH kristal
yang telah dibungkus dengan kapas dileher respirometer.
b.
Menutup
tabung respirometer dengan penutupnya yang berhubungan dengan pipa kaca
berskala, dan kemudian meletakkannya pada sandarannya.
c.
Setelah
itu, mengolesi vaselin pada sambungan tabung respirometer dengan penutupnya
untuk mencegah kebocoran.
d.
Meneteskan
larutan eosin pada ujung pipa kaca berskala sampai masuk ke dalam salurannya
dan mengamati pergeseran eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala. Serta
mencatat berapa jarak mulai skala 0,0 sampai satu menit.
e.
Melakukan
pengamatan sampai eosin tiba pada skala 10 atau eosin tidak bergeser.
f.
Setelah
itu, mengeluarkan belalang yang tadi dan membersihkan respirometer sederhana
yang telah digunakan. Dan memasukkan seekor kecoa (Blatta orientalis) dengan ukuran yang berbeda. Dan melakukan
langkah-langkah yang sama.
3.
Percobaan
3
a.
Mengambil
beberapa gram kecambah kacang hijau dan memasukkannya ke dalam tabung
respirometer. Selain itu, meletakkan KOH kristal yang telah dibungkus dengan
kapas dileher respirometer.
b.
Menutup
tabung respirometer dengan penutupnya yang berhubungan dengan pipa kaca
berskala, dan kemudian meletakkannya pada sandarannya.
c.
Setelah
itu, mengolesi vaselin pada sambungan tabung respirometer dengan penutupnya
untuk mencegah kebocoran.
d.
Meneteskan
larutan eosin pada ujung pipa kaca berskala sampai masuk ke dalam salurannya
dan mengamati pergeseran eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala. Serta
mencatat berapa jarak mulai skala 0,0 sampai satu menit.
e.
Melakukan
pengamatan sampai eosin tiba pada skala 10 atau eosin tidak bergeser.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil pengamatan
Organisme
|
Tipe
|
Penunjukkan Skala Respirometer
|
||||
Menit ke-1
|
Menit ke-2
|
Menit ke-3
|
Menit ke-4
|
Menit ke-5
|
||
kecoa
|
Besar
|
0,22
|
0,50
|
0,7
|
0,9
|
MBM
|
Kecil
|
0,3
|
0,55
|
0,76
|
0,9
|
MBM
|
|
Belalang
|
Besar
|
0,18
|
0,3
|
0,3
|
0,33
|
0.55
|
Kecil
|
0,25
|
0,45
|
MBM
|
MBM
|
MBM
|
|
Kecambah
|
Besar
|
0,15
|
0,3
|
0,43
|
0,53
|
0,64
|
Kecil
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
B.
Pembahasan
Pada
percobaan pertama dengan menggunakan dua organisme berupa belalang ( Dissosteris Carolina) yang ukuran
badannya berbeda. Belalang (Dissosteris
Carolina) pertama yang berukuran
yang lebih besar dimasukkan kedalam tabung respirometer. Pada menit pertama
sampai dengan menit kelima, respirasi yang dilakukan belalang ( Dissosteris Carolina) dengan penunjukan
skala masing-masing 0,22 skala, 0,50 skala, 0,7 skala, 0,9 skala, hingga
melewati batas maksimum.Sedangkan pada belalang ( Dissosteris Carolina) yang memiliki ukaran yang lebih kecil
dibandingkan dengan belalang yang pertama , pada menit pertama sampai menit
kelima dengan penunjukkan skala masing-masing 0,3 skala, 0,55 skala, 0,76
skala, 0,9 skala dan melampaui batas maksimum. Ini dapat dilihat bahwa
kecepatan respirasi yang digunakan belalang besar lebih kecil dibanding dengan
belalang kecil.
Pada
percobaan kedua yakni dengan menggunakan kecoa (Blatta orientalis) yang jenisnya berbeda. Kecoa (Blatta orientalis) pertama yang
berukuran lebih besar dimasukka kedalam tabung respirometer. Pada menit pertama
sampai dengan menit kelima, respirasi yang Kecoa (Blatta orientalis) dengan
penunjukan skala masing-masing 0,18 skala, 0,3 skala, 0,3 skala, 0,33 skala dan
0,44 skala. Adapun pada percobaan Kecoa (Blatta
orientalis) yang ukurannya lebih kecil dengan penunjukka skala
masing-masing 0,25 skala, 0,45 skala dan melampaui batas maksimum. Dal ini
dapat dilihat bahwa respirasi kecoa yang lebih kecil lebih besar dibandingkan
dengan respirasi Kecoa (Blatta orientalis)
yang ukurannya besar.
Pada
percobaan ketiga dengan menggunakan kecambah kacang hijau (Paseolus radiatus).
Beberapa gram kecambah kacang hijau (Paseolus radiatus) dimasukkan ke dalam
tabung respirometer. Pada menit pertama sampai menit kelima , respirasi yang
dilakukan oleh kecambah kacang hijau adalah 0,15, 0,3, 0,43, 0,53, 0,64 . dan
pada kecambah yang tanpa kulit melakukan respirasi dengan nilai yang sama yaitu 0, dimana kecambah ini tidak
hidup ( mati) seingga kecambah yang memiliki kulit yang berrespirasi dengan
cepat.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan yamg diperoleh , dapat disimpulkan bahwa mkhluk hidup baik
manusia, hewan maupun tumbuhan juga membutuhkan oksigen untuk respirasinya. Hal
ini dapat dilihat dari proses respirasi yang dialami oleh belalang ( Dissosteria carolina), kecoa (blatta orientalis), dan kecambah kacang
hijau (Paseolus radiatus).
Dari hasil
pengamatan pada percobaan yang dilakukan, dapat pula disimpulkan bahwa
kebutuhan oksigen setiap organisme berbeda-beda menurut jenis dan ukuran
tubuhnya. Hal ini dapat silihat pada belalang yang berukuran besar lebih
membutuhkan sedikit oksigen dibanding dengan belalang yang berukurang keci. Dan
kecoa yang berukuran kecil lebih membutuhkan oksigen yang banyak dibanding
dengan kecoa yang berukuran besar.
B.
Saran
Kepada praktikan
mengharapkan bahwa untuk memperhatikan dan memahami langkah-langkah sesuai
dengan prosedur kerja dan tata tertib laboratorium guna memperlancar jalannya
praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Neil A dkk. 2008. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gardiner. Franklin P, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
UI press.
Kimball, John.w. 1983. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Kuchel, philip. 2006. Biokimia.
Jakarta : Erlangga.
Poedjadi, Anna. 1994. Biokimia.
Jakarta: Universitas indonesia.
Salisbury, Frank B, dkk. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB Bandung.
Soenaryo. 1999. Anatomi
dan Fisiologi Makhluk Hidup. Malang: MSREP-SKA
Tim Penyusun Biologi Umum. 2003. Penentun Praktikum
Biologi Dasar. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Wahyuningsih, Tri dkk. 2004. Praktikum Biologi. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar