HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul “Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme”, disusun oleh :
Nama : Cinta Wulandasari
Nim :
1316042045
Kelompok : III
Kelas : Pendidikan IPA
Telah
diperiksa dan dinyatakan diterimah oleh asisten dan koordinator asisten.
Makassar, Januari
2014
Koordinator Asisten Asisten


NIM
: 1114040003
Mengetahui,
Dosen
Penanggung Jawab

NIP : 198510102008121004
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Makhluk hidup pada dasarnya merupakan organisme yang
tidak terlepas dari aktivitas-aktivitas setiap harinya. Setiap organisme atau
mahluk hidup aktivitas sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Aktivitas-aktivitas
tersebut pada umumnya dilakukan untuk kelangsungan hisupnya.
Organisme-organisme tersebut melakukan respirasi dalam beraktivitas.
Makhluk hidup memiliki ciri-ciri tertentu, salah satunya
menerima dan menanggapi rangsang. Ketika terjadi perubahan terhadap kondisi
lingkungan, maka makhluk hidup akan melakukan penyusuaian diri atau adaptasi
untuk merasa lebih nyaman dan bisa beraktivitas dengan normal. Ketika makhluk
hidup tersebut tak mampu untuk menyusuaikan diri, maka ia akan megalami kematian
atau terkena seleksi alam.
Pada umumnya banyak faktor yang dapat mempengaruhi
organisme dalam melakukan aktivitasnya contohnya pengaruh dari luar seperti
lingkungan dan pengaruh dalam yang berasal dari organisme itu sendiri. Salah
satu faktor lain yang mempengaruhi organisme dalam melakukan aktivitas
organisme adalah suhu dimana suhu mempunyai rentang yang dapat ditolelir oleh
setiap jenis organisme. Suhu mempunyai peranan penting dalam mengatur aktivitas
biologi organisme baik hewan maupun manusia. Suhu air diengaruhi oleh suhu
udara. Tinggi rendah suhu juga berpengaruh terhadap aktivitas ikan. Tingginya
suhu air akan mengurangi kadar oksigen terlarut. Keadaan suhu air dan akan
mempengaruhi aktivitas ikan. Suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi
oksigen terlarut dan laju komsumsi oksigen hewan air.
Oleh karena itu, melalui praktikum ini kita akan
membandingkan kecepatan pengguna oksigen pada suhu yang berbeda dengan
organisme yang diamati berupa ikan mas koki, dengan suhu yang berbeda ( pada
suhu panas, suhu dingin, dan suhu normal).
B. Tujuan
Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat membandingkan kecepatan
penggunaan oksigen pada suhu yang berbeda.
C. Manfaat
Praktikum
Mahasisma dapat mengetahui dan membandingkan kecepatan
penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kehadiran dan keberhasilan suatu organisme tergantung
kepada lengkapnya konsep keadaan. Ketiadaan atau kegagalan suatu organisme
dapat dikendalikan oleh kekurangan maupun kelebihan baik secara kualitatif
maupun secara kuantitatif dari salah satu pada beberapa faktor yang mungkin
mendekati batas biotik tersebut meliputi komponen biotik dan biotik yang
berpengaruh terhadap kehidupan organisme tersebut. Komponen biotik yang dimaksud
tidak terbatas pada tersediahnya unsur-unsur yang dibutuhkan, tetapi mancakup
pula temperatur, sinar matahari, air dan sebagainya. Tiap organisme mempunyai
betas maksimum dan tahapan faktor-faktor tersebut, dengan kisaran diantaranya
batas-batas toleransi (Udom, 1987).
Makhluk hidup haru mampu beradaptasi terhadap perubahan
suhu. Suhu tidak hanya penting dalam sensasi langsung, dimana hewan berusaha
untuk menghindari terlalu panas terlalu dingin, akan tetapi secara evolusi suhu
juga berpengaruh dalam perkembangan sistem hidup. Biasanya laju reaksi kimia
akan meningkat dua kali setiap kenaikan temperatur sebesar 10
C. Namun, makhluk hidup juga memiliki keterbatasan . pada
suhu sekitar 1-2
C air didalam sel akan membeku. Zat-zat lain yang ada
didalam sel akn menjadi pekat, sehingga tidak memungkinkan untuk berfungsi
dengan baik dan kehidupanakan berhenti. Batasan tertinggi pada suhu akan
menyebabkan ikatan hidrogen yang jadi pengikat protein mulai lepas sehingga
protein akan mengalami denaturasi. Maka harus hidup pada tempat yang tidak
terlampau dingin atau pada suhu yang panasnya yang tidak melebihi 40
( beberapa algae
tertentu dapat hidup pada sumber air panas yang suhunya mencapai 80
) (Tim Dosen, 2004).




Suhu merupakan kondisi yang paling penting dan
berpengaruh terhadap suatu organisme. Secara garis suhu mempengaruhi proses
metabolisme, penyebaran, dan kelimpahan organisme. Perbedaan suhu lingkungan
dipengaruhi oleh beberapa faktordiantaranya sifat siklusnya, garis lintang,
ketinggian tempat dan kedalaman. Hubungan antara organisme dengan suhu
lingkungan, organisme menjadi dua golongan yaitu hewan yang berdarah panas dan
hewan yang berdarah dingin, tatapi penggunaan ini adalah tidak tepat dan
subjektif sehingga tidak akan digunakan (Sutarno, 2001).
Sehu dalam hali ini merupakan salah satu faktor fisik
lingkungan yang paling penting jelas, mudah diukur dan sangat beragam. Suhu
tersebut mempunyai peranan yang penting dalam mengatur aktivitas biologis
organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama disebabkan karena suhu
mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan
kegiatan metabolis, misalnya dalam hal respirasi. Sebagaiman halnya dengan
faktor lingkungan lainnya. Suhu mempunyai rentang yang dapat di tolerir oleh
setiap jenis organisme. Masalah ini dijelaskan dalam kajian ekologi yaitu,”
hukum toleransi Sheford”, dengan alat yang relatif sederhana, percobaan tentang
pengaruh suhu terhadap aktivitas respirasi organisme tidak sulit dilakukan,
misalnya dengan menggunakan respirometer sederhana ( Tim Penyusun, 2013).
Bila hewan yang didapatkan pada habitat yang berbeda,
mereka hidip di suatu tempat maka harus menyesuaikan diri bersama
lingkungannya. Respirasi sendiri merupakan proses pertukaran gas oleh mahluk
hidup terhadap lingkunga yang terjadi dengan dua cara yaitu ekspirasi
(mengeluarkan CO2 ) dan inspirasi (O2 masuk kedalam tubuh ). Variasi lingkungan menimbulkan masalah yang berbeda
bagi hewan dan tumbuhan. Respirasi dibagi menjadi dua yaiturespirasi aerob dan
respirasi anaerob, dimana respirasi aerob membutuhkan oksigen dan anaerob tidak
membutuhkan oksigen. Oksigen di dalam tubuh disimpan di dalam darah dalam
bentuk oxymioglobin. Respirasi juga biasa didefinisikan sebagai proses
pembebasan energi yang tersisa sumber zat energi dalam tubuh sebagai proses pembebasan
energi yang tersisa sumber zat energi dalam tubuh organisme melalui proses
kimia dengan menggunakan oksigen. Zat sumber tersebut terdiri atas zat organik
seperti protein, lemak, karbohidrat, dan asam amino (Oseana, 2013).
Dari hasil suatu pengkajian perintis (shelford, 1929)
menemukan bahwa telur-telur dan larva atau tingkat punah dari “ Codling Moth”
berkembang 7% atau 8% lebih cepat dibawah temperatur yang konstan. Dalam
percobaan yang lain (Parker,1930) telur belalang yang disimpan pada temperatur
yang berbeda-beda menunjukkan percepatan rata-rata 36,6% dan percepatan
rata-rata 12% diatas perkmbangan pada temperatur konstan yang dapat
dibandingkan. Karena organisme-organisme peka terhadap perubahan temperatur,
dan karena temperatur ini dinilai terlalu tinggi sebagai faktor pembatas
(Asmawati, 2004).
Respirasi sendiri merupakan proses pertukaran gas oleh
makhluk hidup terhadap lingkungan yang terjadi dengan dua cara yaitu Respirasi
sendiri merupakan proses pertukaran gas oleh mahluk hidup terhadap lingkunga
yang terjadi dengan dua cara yaitu ekspirasi (mengeluarkan CO2 )
dan inspirasi (O2 masuk kedalam tubuh ). Variasi lingkungan menimbulkan masalah yang berbeda
bagi hewan dan tumbuhan. Respirasi dibagi menjadi dua yaiturespirasi aerob dan
respirasi anaerob, dimana respirasi aerob membutuhkan oksigen dan anaerob tidak
membutuhkan oksigen. Oksigen di dalam tubuh disimpan di dalam darah dalam
bentuk oxymioglobin (HbO2) dan disimpan dalam otot dalam otot dalam bentuk
oxymioglobin. Respirasi juga biasa didefinisikan sebagai proses pembebasan
energi yang tersisa sumber zat energi dalam tubuh organisme melalui proses
pembebasab energi yang tersisa sumber zat energi dalam tubuh organisme melalui
proses kimia dengan menggunakan oksigen. Zat sumber tersebut terdiri atas zat
organik seperti protein, lemaj, karbohidrat, dan asam amino (Soesilo, 1986).
Lingkungan yang bervariasi adalah suatu kenyataan bagi
kehidupan tumbuhan dan hewan. Bila hewan didapatkan pada habitat yang berbeda,
tumbuhan dengan beberapa pengecualian, bila mereka hidup disuatu tempat maka
mereka harus menyesuaikan diri diri dengan lingkungannya. Bentuk ragam
organisme dipengaruhi oleh tingkat dan jumlah perubahan lingkungan, perubahan
karena musim yang diramalkan, siklus yang terakhir in adalah perubahna sebagai
hasil dari siklus biologi (Haryano, 1984).
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu
dan tempat
Hari/
tanggal : Kamis / 09 januari 2014
Pukul : 13:30 – 14:30
Tempat :
Lab. Biologi L.3 bagian Timur FMIPA UNM
B. Alat
dan Bahan
1.
Alat
:
a.
1
termometer batang
b.
1
buah stopwatch
c.
1
buah toples
d.
Alat
tulis menulis
2.
Bahan
:
a.
2
ekor ikan mas koki
b.
Es
batu
c.
Air
kran
d.
Air
panas
C. Prosedur
kerja
1.
Percobaan
1
a.
Mengukur
suhu air kran dan memasukkan ikan koki kedaam toples yang berisi air kran dan
mengaklimatisasikannya selama beberapa menit. Serta menghitung dan mencatat
frekuensi gerakan ( buka tutup) operculum
setiap 1 menit selama lima menit.
b.
Setelah
itu, memasukkan seekor mas koki yang lain ke dalam toples yang berisi air
dingin (20
C) dan mengklimatisasikannya selama beberapa menit serta
menghitung dan mencatat frekuensi gerakan (buka tutup) operculum setiap 1 menit selama lima menit.

c.
Dan
kemudian kembali seekor ikan mas koki dimasukkan kedalam toples yang berisi air
panas dan mengklimatisasikannya selamabeberapa menit . serta menghitung dan
mencatat frekuensi gerakan ( buka tutup) operculum
setiap 1 menit selama lima menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil pengamatan
Hasil pengamatan
Gelas kimia
|
Ikan ke
|
Waktu (menit ke-)
|
Rata-rata
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
(A)
Air kran
|
I
|
111
|
94
|
116
|
109
|
108
|
118,7
|
II
|
131
|
124
|
148
|
108
|
138
|
||
(B)
Air dingin
|
I
|
101
|
98
|
91
|
95
|
106
|
102,6
|
II
|
110
|
112
|
103
|
103
|
107
|
||
(C)
Air panas
|
I
|
71
|
53
|
54
|
58
|
65
|
127,6
|
II
|
64
|
60
|
68
|
73
|
72
|
||
|
B. Pembahasan
Pada toples pertama ( Toples 1) yang berisi air kran
dengan suhu ±28
, pada menit pertama ikan melakukan gerakan operculum
sebannya 111 kali, kemudian pada menit kedua ikan samapai kelima diperoleh
gerakan buka tutup operculum asing-masing sebanyak 94 kali, 116 kali, 109kali,
108 kali. Pada suhu ini ikan cenderung berada pada suhu yang normal sehingga
ikan tidak perlu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Dan rata-rata gerakan
buka tutup operculum adalah 181,7 kali.

Pada toples yang berisi air dingin dengan suhu 20
, pada menit pertama ikan melakukan buka tutup opeculum
sebanyak 64 kali, kemudian pada menit kedua ikan samapai kelima diperoleh
gerakan buka tutup operculum asing-masing sebanyak 60 kali, 68 kali, 73kali, 72
kali. Pada suhu yang dingin , oksigen yang terdapat pada lingkungan yang kurang
tercukupi oleh oksigen sehingga ikan lebih banyak melakukan buka tutup operculum
untuk mendapatkan oksigen.

Pada toples yang ketiga yang berisi air panas dengan suhu
101
, kemudian pada menit kedua ikan samapai kelima diperoleh
gerakan buka tutup operculum asing-masing sebanyak 98 kali, 91 kali, 95kali,
106 kali. Pada percobaan ini dapat dikatakan bahwa ikan yang berada pada air
panas cenderung lebih sedikit melakukan buka tutup operculum. Dan rata-rata
gerakan buka tutup operculum ikan pada air panas yang bersuhu 34
sebanyak 102,6.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dapat
disimpulkan bahwa pada suhu normal geraka buka tutup operculum ikan mas koki
juga nornal, dimana aktivitas yang dilakukan ikan normal, dan pada suhu yang
dingin, gerakan buka tutup operculum lebih banyak dibandingkan dengan suhu yang
normal.
Sedangkan pada suhu yang panas , gerakan buka tutup
operculum lebih lambat dari suhu normal dan suhu yang dingin.
B. Saran
Diharapkan
kepada mahasiswa / praktikan untuk memperhatikan dan memahami prosedur kerja
pada percobaan dan mengharapkan agar tidak gaduh dalam melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawati.
2004. Biologi Pendidikan IPA I.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Haryono. 1984.
Biologi Umum. Jakarta: Intan
Periwara.
Oseana. 2013. Pengaruh suhu Air Terhadap Kehidupan
Organisme Laut. http://www.oseanografi.lipi.go.id/sites/default/files/oseana_xxi%291164.pdf. Diakses pada tanggal 10 januari 2014. Makassar.
Soesilo, 1986.
Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Sutarno, Nono.
2001. Biologi lanjutan II. Jakarta : Universitas Terbuka.
Tim Dosen. 2004.
Diklat Biologi Dasar. Makassar: UPT MKU Universitas Hasanuddin Makassar.
Tim Penyusun
Biologi Umum. 2013. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar: Jurusan Biologi
FMIPA UNM.
Udom, P. Uegene.
1987. Dasar-dasar Biologi. Yogyakarta: Gajda Mada Universitas Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar