Sabtu, 25 April 2015

“Jaringan Ikat dan Tulang” (Struktur Perkembangan Hewan)


HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Struktur Perkembangan Hewan dengan judul “Jaringan Ikat dan Tulang”, disusun oleh :
            Nama               : Cinta Wulandasari
            NIM                : 1316042045
            Kelompok       : I (Satu)
            Kelas               : Pendidikan IPA
telah diperiksa dan dinyatakan diterimah oleh asisten dan koordinator asisten.
Makassar,   Januari 2015
Koordinator Asisten                                                                   Asisten


Djumarirmanto, S.Pd                                               Muhammad Nur Akbar
                                                                                    NIM: 1114040004
                                                           


Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab


Andi Irma Suryani, S,Pd M,Si








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Mahkluk hidup diciptakan tersusun atas beberapa jaringan-jaringan dasar yang diantaranya adalah jaringan epitel, jaringan ikat, otot, dan jaringan saraf. Kemampun manusia dalam beraktifitas dalam kehidupannya sehari-hari di sokong oleh jaringan ikat yang berfungsi memberikan dan mempertahankan bentuk tubuh. Selain itu jaringan ikat juga merupakan salah satu jaringan dasar penyusun organ tubuh baik manusia maupun hewan. Berbeda dengan jaringan lain, jaringan ini terutama berfungsi melalui komponen ekstra selnya.
       Ilmu yang mempelajari jaringan disebut histologi. Definisi jaringan itu sendiri yaitu gabungan dari beberapa atau banyak sel yang memiliki fungsi yang sama dalam suatu ikatan. Jaringan didalam tubuh manusia mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Masing-masing jaringan dasar dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya. Pada saat perkembangan embrio, lapisan kecambah (germ layers) berdiferensiasi (dengan proses yang disebut histogenesis) menjadi empat macam jaringan utama, yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.
       Organ tubuh makhluk hidup umumnya kebanyakan tak terlihat maka praktikum Struktur Perkembangan Hewan kali ini diadakan sebuah percobaan untuk mengamati bagian-bagian organ yang tersembunyi di bagian dalam tubuh makhluk hidup. Untuk itu di adakan pengamatan jaringan ikat dan jaringan tulang. Pada pengamatan jaringan ikat dan jaringan tulang yang telah dilakukan, maka kita menggunakan beberapa preparat awetan dimana terdiri atas preparat awetan Compact Bone, preparat awetan Tulang Hyaline, preparat awetan Darah, preparat awetan Hyaline Cartilage, preparat awetan Hard Bone, preparat awetan Skin Human, dan preparat awetan Mammal Skin.
B.     Tujuan Praktikum
       Mahasiswa dapat mengamati jaringan ikat, dan jaringan tulang, serta mengetahui struktur, fungsi dan bagian-bagiannya.
C.    Manfaat Praktikum
       Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui bentuk, stuktur dan fungsi dari jaringan ikat dan tulang  yang terdapat pada makhluk hidup khususnya manusia dan hewan.
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
       Ciri khas dari jaringan ikat adalah mempunyai komponen seluler yang sedikit bila dibandingkan dengan substansi interselulernya. Pada jaringan ikat dikenal ada tiga macam serabut, yaitu serabut kolagen, serbut elastic, dan serabut retikuler. Serabut-serabut tersebut terendam didalam cairan interselluler. Elemen selulernya sangat bervariasi. Sel-selnya dapat berupa fibroblast, fibrosit, megrofag, dan sebagainya Jaringan tulang sejati merupakan jaringan yang memiliki kerangka yang menyokong tubuh dan merupakan jaringan ikat serta mengandung mineral. Sel-sel pembentuk tulang yaitu osteoblas yang merupakan yang mengeksresikan matriks dan kolagen serta kondroitin yaitu sel yang terdapat pada lacuna (rongga) pada tulang rawan. Jaringan tulang terdiri dari sel-sel tulang atau osteon yang tersimpan dalam matriks, matriksnya terdiri dari zat perekat kolagen dan endapan garam-garam mineral terutama garam kalsium (kapur). Tulang merupakan komponen utama dari kerangka tubuh dan berperan untuk melindungi alat-alat tubuh dan juga sebagai tempat melekatnya otot kerangka (Arifin, 1994).
       Jaringan ikat sering disebut jaringan penyokong atau penyambung (konektif). Letak sel-sel jaringan ikat ini tidak berhimpit rapat, tetapi berpencar-pencar dan jika berhubungan, hanya pada ujung-ujung protoplasmanya. Ciri khusus jaringan ikat adalah memiliki komponen interseluler yang disebut matriks. Bentuk sel-sel jaringan ikat ini tidak teratur, sitoplasma bergranula dan inti selnya mengelembung. Ada beberapa jenis sel-sel jaringan ikat yaitu, fibroblas, makrofag, sel tiang, sel lemak dan berbagai jenis sel darah putih. Jaringan ikat dibagi menjadi dua tipe dasar, yaitu jaringan ikat longgar dan jaringan ikat padat (Albert, 1994)
       Sel-sel jaringan ikat ditempatkan dalam dua kategori, sel tetap dan sel bebas. Sel tetap adalah populasi sel hidup panjang yang relative stabil yang mencakup fibroblast yang meyereksi dan mempertahankan komponen ekstrasel sel asiposa yang menimbun dan membebaskan lipid untuk dipakai sebagai sumber energy dalam metabolism sel-sel lain di seluruh tubuh. Sel bebas adalah populasi sel motil yang terus berubah yang memasuki jaringan ikat dari darah dan mengembara dalam substansi dasarnya. Kebanyakan hidup pendek dan terus diganti baru dari kumpulan sel jenis sama yang beredar dalam darah. Termasuk di sini eosinofil, monosit, limfosit, makrofag, sel plasma yang berkembang dari limfosit, dan sel mast yang asalnya belum jelas. Beberapa di antara sel bebas ikut serta dalam respons jangka pendek dari jaringan terhadap cedera atau invasi bekteri, sedangkan yang lain ikut serta dalam pertahanan imunologis jangka lebih panjang dari tubuh (Bloom,2002).
       Dalam jaringan ikat yang berkembang, yang pertama muncul adalah jaringan serat retikuler argirofilik (kolagen tipe-III) halus. Serat yang dibentuk kemudian tidak argirofilik dan terutama kolagen tipe-I. Urutan kejadian ini menyimpulkan bahwa precursor kolagen tipe-I dan tipe-III disekrasi dalam jumlah yang berubah dengan majunya perkembangan. Jumlah relatif kedua kolagen ini juga bervariasi dari daerah dan perbedaan ini berpengaruh penting pada sifat jaringan ikat itu. Mereka dihasilkan dalam pertandingan yang member sifat mekanis khusus yang dibutuhkan organ dan jaringan itu.  Pada organ seperti paru dan limpah, dan dalam lamina propria usus, kolagen tipe-III berlimpah, sedangkan dalam struktur yang kurang fleksibel seperti tendo dan tulang, kolagen tipe- I yang terutama. Tak benyak yang diketahui tentang factor-faktor yang memodulasi aktivitas sekresi fibroblast untuk menghasilkan perbedaan ini (Bloom,2002).
       Jaringan ikat menyatukan jaringan lain yang berbeda melalui akumulasi protein dan zat mirip gel yang disekresikan dari fibroblast ke dalam ruang yang mengelilingi sel. Zat protein yang disekresikan mencakup kolagen, suatu serabut putih yang tebal dan berfungsi sebagai penunjang structural, elastin, protein yang dapat direngangkan yang memungkinkan jaringan melentur sewaktu direnggangkan; dan serabut reticulum, yaitu suatu untaian serabut tipis fleksibel yang memungkinkan organ mengakomodasi peningkatan volume. Zat serupa gel, sebagian besar terdiri atas asam hialoronat, terdapat berselang-seling di seluruh ruang interstisium untuk mempertahankan air dan berfungsi sebagai penunjang dan pelindung. Jaringan adipose dan sel endotel memberikan makanan dan menunjang kelangsungan hidup fibroblas. Sel mast mengandung glanula yang terisi histamin dan zat vasoaktif lainnya. Degranulasi sel mast adalah sebuah langkah penting dalam dimulainya suatu reaksi peradangan. Jaringan hematopoietic dianggap sebagai jaringan ikat. Jaringan hematopoietic meliputi sumsum tulang, sel darah, dan jaringan limfatik. Membrane basal yang dijumpai di sepanjang permukaan pertemuan antara jaringan ikat dan jaringan di dekatnya juga dianggap sebagai lapisan jaringan ikat. Membran ini mengikat, menunjang, dan memungkinkan perbaikan jaringan (Corwin, 2009).
       Jaringan ikat berfungsi untuk mengikat dan menyokong jaringan lain. Berlawanan dengan jaringan epitelium yang sel-selmnya terkemas rapat, jaringan ikat memiliki kumpulan-kumpulan sel-sel yang jarang yang tersebar dalam suatu matriks ekstrasellular. Matriks tersebut umumnya terdiri atas suatu anyaman serat yang tertanam dalam suatu dasar (fondasi) yang seragam dan dapat berupa cairan, seperti agar atau padatan. Pada sebagaian besar kasus, bahan-bahan matriks itu disekresikan oleh jaringa-jaringa ikat itu sendiri. Serat jaringan ikat yang terbuat dari protein, terdiri atas tiga jenis yakni serat kolagen, serat elastis dan serat retikuler. Serat berkolagen (collagneus fiber) terbuat dari kolagen yang mungkin merupakan protein yang berlimpah dalam kingdom hewan. Serat kolagen itu bersifat tidak elastis dan tidak mudah robek jika ditarik mengikuti panjangnya. Kemudian selanjutnya adalah serat elastis (elastic fiber) adalah untaian panjang yang terbuat dari protein yang disebut elastin. Serat elastis memberikan suatu sifat seperti karet yang melengkapi kekuatan serat berkolagen yang tidak elastis. Selanjutnya dalah serat retikuler (reticuler fiber) merupakan serat yang sangat tipis dan bercabang. Tersusun atas kolagen dan bersambung dengan serat yang berkolagen , serat ini membentuk suatu anayaman yang ditenun ketat yang menghubungkan anatara jaringan ikat dan jaringan yang ada disebelahnya (Campbell 2004)
       Jaringan adipose (adipose tissue) adalah bentuk khusus dari jaringan ikat  longgar yang menyimpan lemak dalam sel-sel adipose yang tersebar diseluruh matriksnya. Jaringan adipose melapisi dan menginsulasi tubuh. Setiap sel adipose mengandung suatu butiran lemak. Faktor keturunan, olahraga dan jumlah lemak  kita makan dapat mempengaruhi jumlah lemak yang tersimpan dalam sel adipose kita (Campbell, 2004).
       Jaringan ikat yang paling banyak terdapat dalam tubuh vertebrata adalah jaringan ikat longgar. Jaringan ini mengikatkan epithelium dengan jaringan dibawahmyadan berfungsi sebagai bahan pengemas, yang menjaga agar organ tetap berada ditemptnya. Jaringan ikat longgar memiliki ketiga jenis serat yang ada: berkolagen, serat elastic, dan retikuler (Campbell 2004).
       Tulang rawan adalah jaringan ikat khusus sel-sel yang tediri atas sel-sel disebut kondrosit, tersebar berjauhan dalam matriks ekstrasel mirip jel padat. Jaringan ini tidak diterobos saraf atau pembuluh darah. Sel-selnya terisolasi dalam rongga kecil atau lakuna, mendapat makanan makanan dari fase air dari matriks dari kapiler dalam jaringan sekitar tulang rawan. Sifat viskoelastis dari ekstrasel memberi tilang rawan kekuatan dan ekkenyalan yang luar biasa. Ia sanggup bertumbuh cepat dan tetap mempertahankan kekakuannya, suatu sifat yang sangat cocok bagi embrio yang sedang berkembang. Sebagian besar kerangka aksial dan apendikular pada awalna dibentuk dari tulang rawan dan kemudian diganti dengan tulang (Fawcett, 2001).
       Jaringan penyokong terdiri atas dua jenis yaitu tulang rawan dan tulang sejati. Tulang rawan dan tulang merupakan jaringan ikat khusus dan seperti halnya semua jaringan ikat terdiri atas unsur sel, serabut dan substansi dasar. Seperti jaringan ikat lain, rawan berkembang dari jaringan masenkim yang diturunkan dari mesoderm embrional. Tulang rawan tidak mengandung pembuluh darah, pembuluh limfa, dan pembuluh saraf. Karena tidak mengandung pembuluh darah maka makanannya harus mencapai sel-sel melalui difusi dari kapiler dalam jaringan penyambung di dekatnya atau melalui cairan Synovial dari cavum sendi (George, 1999).
       Tulang (jaringan oseosa) adalah sejenis jaringan ikat kaku yang menyususn sebagian besar kerangka dewasa. Matriksnya mengandung unsure anorganik, terutama kalsium fosfat, yang merupakan lebih kurang sua pertiga berat tulang. Secara makroskopik, tulang itu berbentuk spongiosa (kanselosa) atau kompak (padat). Perbedaan keduannya tergantung pada jumlah relative zat padat dan ukuran serta jumlah celah-celah padanya. Keduanya mengandung unsure histologis sama; sel-sel tulang 9 sel osteoprogenitor, osteoblas, osteosit, dan oteoklas dan matriks. Osteosit terletak dalam rongga kecil atau lacuna dalam matriks, yang terdiri atas serta kolagen (osteo-kolagen) tergabung dalam berkas dengan substansi semen diantaranya yang mengandung garam anorganik. Secara khas, matriks ini tersusun dalam lapisan-lapisan atau lamen-lamen dan diterobos kanalikuli halus yang menghubungkan lacuna berdekatan dan untuk sebagian berisikan cabang sitoplama halus dari osteosit. Permukaan luar tulang dibungkus oleh selubung fibrosa (periosteum), dan lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum dan sebagian pelapis meluas ke dalam sistem kanalikuli dari tulang kompak. (Leeson 1996)
       Menurut Suryani (2014), Jaringan ikat berserat/jaringan ikat padat, banyak mengandung serat kolagen, jaringan ini banyak ditemukan pada tendon yang melekatkan otot ke tulang, dan pada ligament yang menghubungkan tulang dengan persendian. Tulang terdiri atas komponen seluler dan interseluler (matriks) berupa bahan anorganik seperti kalsium, fosfor, magnesium, dan bahan organik berupa serabut kolagen, glukosaminoglikan, osteonektin (penghubung kolagen dan mineral tulang), dan osteokalsin (pengikat kalsium). Adapun komponen seluler meliputi :
1.         Osteoprogenitor, sel yang belum berdiferensiasi mirip fibroblast. Sel ini memiliki kemampuan mitosis yang tinggi, umumnya terdapat pada embrio selama pembentukan tulang dan pada tulang dewasa terdapat pada periosteum.
2.         Osteoblas, terdapat pada permukaan tulang yang berfungsi dalam membuat tulang (kolagen dan glikoprotein), jika bentuk osteoblas ini seperti kubus maka selini aktif mensintesis metrics sebaliknya jika bentuknya gepeng maka aktivitas sintesis menurun. Matriks yang baru disintesis belum mengalami klasifikasi disebut dengan osteoid.
3.         Osteosit, sel tulang yang ditemukan dalam lapisan matriks tulang yang telah mengalami mineralisasi, memiliki banyak julukan sitoplasma, fungsi sel ini memelihara matriks tulang yang membebaskan kalsium dari matriks tulang bila kadar kalsium meningkat. Osteosit ini, terdapat dalam lacuna sedangkan juluran sitoplasma terdapat dalam saluran halus yang disebut kanalikuli. Fungsi kanalikuli sebagai penghubung antara sel osteosit yang satu dengan osteosit tetangganya; penghubung osteosit dengan permukaan luar dan dalam tulang; penghubung sel osteosit dengan kapiler darah.
4.         Osteoklas, sel motil besar terdapat pada permukaan matriks atau pada permukaan tulang yang dirombak dalam lacuna, berperan dalam merombak tulang yang telah jadi dan aktif dan pembersih debris. Proses reabsorbsi tulang dengan cara deklasifikasi oleh asam organic, perencanaan ekstrasel oleh asam hidrolase yang diproduksi dan dilepaskan dengan eksositosis.





















BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Hari / tanggal        : Kamis/18 Desember 2014
Waktu                   : Pukul 10.00 s/d 12.00 WITA
Tempat                  : Green House Biologi FMIPA UNM Makassar
B.     Alat dan Bahan
1.      Alat :
a.       Mikroskop Cahaya
2.    Bahan :
a.         Preparat awetan Compact Bone
b.        Preparat awetan Tulang Hyaline
c.         Preparat awetan Darah
d.        Preparat awetan Hyaline Cartilage
e.         Preparat awetan Hard Bone
f.         Preparat awetan Skin Human
g.        Preparat awetan Mammal Skin
C.    Prosedur Kerja
1.      Menyiapkan mikroskop cahaya dan letakkan mikroskop diatas meja yang banyak terdapat cahaya matahari.
2.      Menemempatkan  mikroskop pada tempat yang banyak sumber matahari dan arahkan cermin ke sumber cahaya dan buka diafragma atau memutar lempeng pada posisi lubang sedang.
3.      Lalu letakkan preparat awetan Compact Bone pada meja objek. Dan atur agar preparat awetan Compact Bone tepat berada pada lapangan pandang. 
4.      Selanjutnya, menjepit preparat dengan menggunakan penjepit khusus yang ada pada bagian atas meja objek agar tidak bergeser.
5.      Memilih perbesaran yang sesuai untuk digunakan dalam pengamatan, sebaiknya dalam memilih perbesaran, di dahului dengan perbesaran yang rendah kemudian menurunkan tubus sampai jarak ujung objektif dengan meja sediaan 5-10 mm atau tubus turun maksimal.
6.      Lalu lihat bayangan dari lensa okuler. Gunakan pemutar kasar untuk menaikkan juga menurunkan lensa objektif hingga didapatkan bayangan atau tampilan objek yang diamati dengan jelas.
7.      Setelah objek yang diteliti sudah jelas, gunakan pemutar halus untuk menurunkan lensa objektif agar objek yang kita amati bisa terlihat lebih jelas lagi.
8.      Setelah objek sudah terlihat dengan jelas, gambarkan hasil pengamatan  pada kertas.
9.      Setelah selesai keluarkan preparat yang telah diamati dan lalu ganti preparat awetan dengan preparat selanjutnya yang akan diamati.
10.  Lakukan sama dengan saat mengamati preparat awetan Compact Bone atau yang sebelumnya.
11.  Setelah semua objek telah teramati, bersihkan mikroskop dan normalkan sendi inklinasi dan perbesarannya.
12.  Menyimpan kembali mikroskop pada tempatnya.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Table hasil pengamatan dan gambar pembanding serta keterangannya.
Hasil pengamatan
Gambar pembanding
Keterangan
Preparat Compact Bone






Perbesaran 10x10
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgx8_Lo16xORb4ZQ1KiCIAF-wc1h4YeGHhcFLyGjo84WBg66pkXrqGmTAdlxXhjjFzECj85FqQ2p4-dLzO22jKSXe5d23eTZrhgDY3d091ivLjR97LBp8eVbBBWLaKDEJkT4Hi95HCTcpk/s320/OSTEOCYT.bmp
1.   Harverssteon
Preparat Tulang Hyaline







Perbesaran 10x10
http://khayasar.files.wordpress.com/2012/11/tulang-rawan-hialin.png?w=185&h=300
1. Kondrosit
2. Lakuna
3. Inti kondrosit
4. Kapsul tulang rawan
5. Matriks teritorial
6. Matriks interteritorial
Darah






Perbesaran 10x10
http://khayasar.files.wordpress.com/2012/10/apus-darah2.png


1.   Eritrosit (sel darah merah)
2.   Plasma darah
3.   Leukosit (sel darah putih)
Hyaline Cartilage





Perbesaran 10x10
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTgx3BsxdrAf2sV8l_caCA0W0n6HmfC1X_js2_9SLHEkFXsA83_

1.      Ground Subtance
2.      Lacuna
3.      Kondrosit
4.   Perchondrium
Hard Bone





Perbesaran 10×10

1.   Osteon
2.   Lamella
3.   Central Canal
4.   Lacuna
Skin Human



 






Perbesaran 10x10

1. Stratum korneum
2. Stratum granulosum
3. Stratum lusidium
4. Stratum spinosum
5. Basal
Mammal Skin





Perbesaran 4×10
1.   Stratum granulosum
2.   Stratum spinosum
3.   Basal
4.   Stratum korneum

B.     Pembahasan
       Pengamatan pertama yaitu pada preparat compact bone terlihat adanya jaringan tulang yang berfungsi pembentuk sistem jaringan tulang itu sendiri, saluran havers yang berfungsi sebagai tempat dari pembuluh darah, pembuluh limfa, dan saraf, sel tulang akan melingkari pembuluh darah dan serabut saraf yang berfungsi sebagai pusat penyusun dari tulang serta pengatur kerja jaringan tulang yang menyusun sistem havers, dan canaliculi yang berfungsi menghubungkan antara lacuna yang satu dengan lacuna yang lain. Tulang compact berfungsi melindungi bagian tubuh yang lunak. Tulang compact memiliki rongga yang berisi sumsum kuning. Bagian tulang compact terdiri atas bonggol tulang (epifise) dan bagian tengah yang disebut diafise. Daerah antara epifise dengan diafise terdapat discus epifise yang banyak mengandung osteoblast. Discus epifise banyak terdapat pada tulang muda dan pada orang dewasa tidak tumbuh lagi. Tulang ini banyak ditemukan di tulang tangan dan tulang kaki.
       Pengamatan kedua yaitu pada preparat Tulang Hyaline dengan  perbesaran 10×10 terlihat kondrosit , inti kondrosit, lacuna, lapisan tulang rawan, matriks, komponen penting dari matriks kartilago adalah kondronektin. Sebuah makromolekul yang membantu perlekatan kondrosit pada kolagen matriks. Matriks kartilago yang tepat ,mengelilingi setiap kondrosit banyak mengandung glikosaminoglikan dan sedikit kolagen. Kondrosit mempunyai inti yang khas berbentuk bundar dengan sebuah nucleus atau dua buah nucleoli. Kondrosit terletak di dalam lacuna ( celah ) berbentuk bulat. Ia disebut juga sel kartilago ( yang kalau berkelompok disebut sel isogen ). Letak chondrocyt di dalam jaringan tulang rawan lebih ke dalam daripada letak chondroblast.
       Pengamatan ketiga yaitu pada preparat Darah dengan perbesaran 10×10 terlihat plasma darah, dan sel darah. Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup, yang berbentuk butiran-butiran darah. Di dalamnya terkandung benang-benang fibrin/fibrinogen yang berguna untuk menutup luka yang terbuka. Plasma darah merupakan komponen terbesar dalam darah, dimana besar volumenya 55% dari volume darah yang terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Karena dinding kapiler permiabel bagi air dan elektrolit maka plasma darah selalu ada dalam pertukaran zat dengan cairan interstisial. Dalam waktu 1 menit sekitar 70% cairan plasma bertukaran dengan cairan interstisial. Fungsi plasma darah adalah mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan serta menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi. Sel Darah dibagi menjadi sel darah merah (eritrosit) berfungsi untuk mengangkut oksigen dan sel darah putih (lekosit) berfungsi untuk melawan benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
       Pengamatan keempat yaitu pada preparat Hyaline Cartilage dengan perbesaran 10×10 terlihat substansi dasar, lacuna, kondrosit, dan  paricondrium.  Tulang rawan hialin dapat ditemukan pada persendian tulang, pembuluh bronkus, cincin tulang rawan dan trakea, ujung ujung tulang rusuk, dan ujung-ujung tulang panjang. Fungsi tulang rawan hialin memungkinkan untuk menahan keduanya menarik dan kekuatan tekan dari gerakan tulang.
       Pengamatan kelima yaitu pada preparat Hard Bone dengan perbesaran 10×10 terlihat Esteon, Lamella, Central Canal, dan Lakuna. Jaringan hard bone merupakan jaringan  tulang keras. Sel tulang keras merupakan jaringan ikat yang kaku, keras, dengan serabut kolagen yang tertanam di dalam matriks. Di dalam matriks sel tulang terdapat kalsium yang dapat bergerak dan diserap oleh darah. Hal ini merupakan peran penting tulang dalam proses homeostasis kadar kalsium dalam darah. Sel tulang (osteosit) terdapat di dalam ruang yang disebut lakuna. Lakuna ini mengandung satu atau beberapa osteosit. Penjuluran yang keluar dari osteosit disebut kanalikuli. Kanalikuli dari satu sel berhubungan dengan sel lainnya, sebagai bentuk komunikasi sel. Satu osteon terdiri dari sejumlah lamela konsentris yang mengelilingi kanal sentral (kanalis Haversi). Pada individu yang masih hidup, kanal sentral ini berisi pembuluh darah. Berdasarkan susunan matriksnya, jaringan tulang dibagi menjadi dua macam, yaitu tulang kompak dan tulang spon. Jaringan tulang kompak matriksnya rapat dan tidak berongga. Sedangkan, jaringan tulang spons matriksnya berongga.
       Pengamatan keenam yaitu pada preparat skin human dengan perbesaran 10×10 terlihat Statum Korneum, Stratum corneum merupakan lapisan kulit yang paling luar.  Stratum korneum paling tebal pada telapak kaki dan paling tipis pada pelupuk mata, pipi dan dahi. Lapisan ini tersusun atas sel-sel mati yang mudah mengelupas. Stratum granulosum Lapisan ini menggandung sel-sel bergranula yang menghambar pengeluaran air berlebih. Stratum granulosum berpartisipasi aktif  dalam proses keratinisasi, hanya mekanismenya belum diketahui jelas. Stratum lucidum, lapisan ini berwarna terang dan hanya nampak pada lapisan kulit yang tebal. Hanya terlihat pada telapak kaki dan telapak tangan. tratum spinosum (stratum malpighi) terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Lapisan ini adalah lapisan paling tebal di epidermis. Dan Basale
       Pengamatan ketujuh yaitu pada preparat Mammal Skin dengan perbesaran 4×10 terlihat adanya Stratum Glanulasum Lapisan ini menggandung sel-sel bergranula yang menghambar pengeluaran air berlebih. Stratum granulosum berpartisipasi aktif  dalam proses keratinisasi, hanya mekanismenya belum diketahui jelas. Stratum Spinosum (stratum malpighi) terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Lapisan ini adalah lapisan paling tebal di epidermis. Stratum Basal Lapisan ini selalu tumbuh dan membelah, lapisan ini banyak ditemukan sel melanosit yang menghasilkan pigmen melanin yang menentukan warna kulit seseorang. Jaringan ikat Lapisan ini selalu tumbuh dan membelah, lapisan ini banyak ditemukan sel melanosit yang menghasilkan pigmen melanin yang menentukan warna kulit seseorang. Dan yang terakhir yaitu Stratum Korneum, Stratum korneum merupakan lapisan kulit yang paling luar.  Stratum korneum paling tebal pada telapak kaki dan paling tipis pada pelupuk mata, pipi dan dahi. Lapisan ini tersusun atas sel-sel mati yang mudah mengelupas.





























BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
       Kesimpulan yang diperoleh pada praktikum Struktur Perkembangan Hewan yang berjudul “Jaringan Ikat dan Tulang” adalah jaringan yang diamati yaitu jaringan ikat dan jaringan tulang. Jaringan ikat, fungsi jaringan ikat adalah mengikat atau mempersatukan jaringan-jaringan menjadi organ dan berbagai organ menjadi sistem organ, menjadi selubung organ dan melindungi jaringan atau organ tubuh. Pada jaringan ikat terdapat pada preparat Darah, preparat Skin Human, dan Preparat Mammal Skin.
       Jaringan Tulang pada preparat awetan Compact Bone, Tulang Hyaline, Hyaline Cartilage, Hard Bone. Tulang rawan merupakan spesialisasi dari jaringan ikat berserat tebal dengan matriks elastis. Matriks tulang rawan merupakan merupakan campuran protein dengan polisakarida yang disebut kondrin. Oleh karena itu, sel tulang rawan disebut kondrosit. Kondrosit dibentuk oleh kondroblas. Kondrosit terletak dalam lakuna yang terdapat dalam perikondrion.
B.     Saran
1.      Saran untuk Praktikan.
       Adapun saran kepada praktikan yaitu agar memperhatikan dan memahami  macam-macam jaringan ikat dan tulang yang menyusun manusia dan hewan, dan juga agar kiranya berhati-hati saat menggunakan alat laboratorium untuk mencegah kerusakkan pada alat tersebut.
2.      Saran untuk Asisten.
       Adapun saran kepada asisten yaitu agar mendampingi praktikannya pada saat praktiku guna untuk membantu praktikan apabila praktikan mengalami kesusahan dalam mengamati jaringan ikat dan tulang tersebut.
3.      Saran untuk Laboratorium
       Agar lebih melengkapi alat dan bahan yang akan digunakan oleh Praktikan, agar tidak menghambat jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Gunawijaya.1994. Teks Histologi. Jakarta: Binapura Aksara.

Albert, Bruce. 1994. Biologi Molekular Edisi kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Bloom, dan Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Corwin,  J . Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

Campbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Erlangga.

Fawcett, Don. W. 2001. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

George, Fried H. 1999. Teori dan Soal-Soal. Jakarta: Erlangga.

Leeson, C. Roland. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Suryani, A. Irma, dan Ramlawati. 2014. Penuntun Praktikum Struktur Perkembangan Hewan. Program Pendidikan IPA. FMIPA UNM. Makassar.



3 komentar: