HALAMAN PENGESAHAN
Laporan
lengkap praktikum Struktur Perkembangan Hewan dengan judul “Jaringan
dan Sistem Saraf”, disusun
oleh :
Nama : Cinta Wulandasari
NIM : 1316042045
Kelompok : I (Satu)
Kelas : Pendidikan IPA
telah
diperiksa dan dinyatakan diterimah oleh asisten dan koordinator asisten.
Makassar,
Januari 2015
Koordinator Asisten Asisten
Djumarirmanto, S.Pd Hasan
NIM:
101414025
Mengetahui,
Dosen
Penanggung Jawab
Andi Irma Suryani, S,Pd M,Si
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas
, artinya sel dapat menanggapi (merespon) rangsangan yang sampai kepadanya.
Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol pada sel otot dan sel saraf. System
saraf manusia adalah suatu jalinan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. System saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. System tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas
system-system tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin
komunikasi antara berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi
sebagai unit yang harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena kesadaran,
pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan
member respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari
system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Saraf kranial dan saraf spinal dapat berupa saraf
somatik yang mengendalikan refleks otot kerangka atau saraf otonom yang
mengendalikan refleks otot plos, jantung dan kelenjar. Meskipun refleks spinal
dapat terjadi tanpa keterlibatan otak, tetapi otak seringkali memberikan
pertimbangan dalam refleks spinal. Refleks adalah suatu respon organ efektor
(otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu
stimulus tertentu. Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya
2 neuron, membentuk suatu busur refleks.
Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen, motoris
, atau efektor. Umumnya satu atau lebih neuron penghubung (interneuron)
terletak di antara neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat
melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling
sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks
rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu
tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut terentang.
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat
sederhana untuk menjelaskan penghantar impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya
terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa di sadari yaitu
gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari
reseptor, ke saraf sensoris di bawah ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak
kemudian hasil olahan oleh otak berupa tanggapan, di bawah oleh saraf motor
sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan
terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari
otak. Jadi dapat di katakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau
tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin,
atau batuk.
Organ
tubuh makhluk hidup umumnya kebanyakan tak terlihat maka praktikum Struktur Perkembangan
Hewan kali ini diadakan sebuah
percobaan untuk mengamati bagian-bagian jaringan dan system saraf yang tersembunyi di bagian dalam tubuh makhluk hidup.
Untuk itu di adakan pengamatan jaringan dan system saraf. Pada pengamatan jaringan dan system
saraf yang telah dilakukan, maka kita menggunakan
preparat awetan saraf.
B. Tujuan
Praktikum
Mahasiswa dapat mengamati jaringan dan
Sistem saraf, serta mengetahui struktur, fungsi, ciri-ciri dan
bagian-bagiannya.
C. Manfaat
Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah
praktikan dapat mengetahui bentuk, stuktur dan fungsi dari jaringan dan system saraf
yang terdapat pada makhluk hidup khususnya manusia dan hewan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
System saraf mencakup
seluruh massa jaringan saraf dalam tubuh. Fungsi dasar dari system saraf, yang
menurun kepada yang lain, adalah komunikasi; ia tergantung pada sifat kimiawi
dan listrik khusus dari sel-sel saraf dan cabang-cabang sel yang panjang. Sifat
ini mencerminkan dua ciri fundamental protoplasma: irirabilitas, yaitu
kemampuan beraksi dengan secara bertingkat terhadap rangsang fisik atau kimiawi,
dan konduktivitas, kemampuan menghantar rangsang dengan cepat dari satu tempat
ke tempat lain ( Bloom, 2002).
Susunan saraf pusat
(SSP) terdiri atas otak dan medulla spinal dan mengandung sel-sel saraf, atau
neuron, dan sel-sel penyokong disebut neuroglia. Impuls saraf keluar masuk SSP
melalui cabang neuron panjang disebut akson (dilihat di bawah). Susunan saraf
tepi (SST) terdiri atas cabang-cabang ini yang berjalan dalam saraf klanial dan
spinal dan kelompok neuron di luar terkait tang dikenal sebagai ganglia. Fungsi
semua bagian tubuh diintegrasi oleh system ini. Meskipin terdapat perkecualian
pada respons saraf setempat tertentu (seperti pada kulit dan visera), sentrilisasi adalah prinsip terpenting
dari organisasi neural (Bloom, 2002).
Seperti epitel lain,
jaringan saraf memiliki berbagai jenis kompleks tautan: taut rekah, pada sinaps
elektrotonik; zomula occludes di antara sel-sel pleksus koroid; dan zonula
adherens, pada sinaps kimiawi dan tempat lain. Dari semua ini, yang terakhir ini
sering berbentuk bintik dan disebut punctum adherens. Puncta adherentia rupanya
penting dalam menstabilkan hubungan special sel-sel dan cabang sel pada mana
komunikasi interneural bergantung. Namun bentuknya, yang membentuk jaringan
saraf sangan heterogen (Bloom, 2002).
Serebrum, pusat
integratif yang paling kompleks di SSP, berkembang dari telensefalon embrionik.
Serebrum dibagi menjadi belahan serebral. Masing-masing belahan terdiri atas
penutup bagian luar yang terbuat dari bahan abu-abu, yang disebut korteks
serebral, bahan putih di bagian dalam, dan kelompok nukleus yang berada di
dalam bahan putih, yang disebut nukleus nasal juga disebut ganglia basal adalah
pusat yang penting untuk koordinasi motoris dan bertindak sebagai saklar untuk
impuls dari sistem motoris lain. Jika nukleus basal rusak, seseorang bisa
menjadi pasif dan tidak mampu bergerak karena nukleus itu tidak lagi
mengirimkan impuls motoris ke otot (Campbell, 2002).
Kenyataan bahwa aksi
refleks ini tidak memerlukan kontrol kesadaran dapatlah ditunjukkan dengan
seekor hewan, misalnya katak, yang otaknya telah diambil dengan cara memotong
korda spinalis. Seekor hewan yang telah diputuskan kolumna spinalisnya disebut
hewan spinal, karena semua aktivitas arah kandal dari lokasi pemotongan itu pastilah
hanya karena korda spinalisnya, tidak lagi ada hubungan dengan otak. Katak
amatlah berguna untuk mendemostrasikan refleks spinal karena periode shock
spinal yang menghilangkan aktivitas refleks dan membuat katak menjadi lumpuh,
berlangsung hanya dalam beberapa menit saja. Setelah pulih dari shock spinal,
hewan akan menarik sebuah kakinya apabila diberi stimulus seperti misalnya
rangsangan listrik atau diberi sedikit asam lemah ( Frandson, 1992).
Sistem saraf adalah
serangkaian organ yang kompleks dan berkesinambungan serta terdiri dari
jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus
eksternal dipantau dan diatur. Susunan saraf terdiri dari susunan saraf pusat
dan susunan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon) dan
medula spinalis (sumsum tulang belakang) (Gunawan, 2007).
Jaringan saraf
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan fungsi-fungsi jaringan lain dalam tubuh.
Jaringan saraf terdiri atas macam-macam jenis sel neuron dan sel glia yang
berasal dari neuroepitel embrional. Sistem saraf sebenarnya dua sistem yang
struktur dan fungsi saling berhubungan. Sistem saraf pusat (SSP) yang mencakup
otak dan medula spinalis, dan sistem saraf tepi (SST), yang mencakup saraf dan
ganglion yang terbesar diseluruh bagian tepi tubuh. Neuron merupakan dasar
unsur sel sistem saraf. Struktur neuron sangat bervariasi. Sel glia seperti
glia seperti astrosit dan sel Schwann, melakukan fungsi tambahan yang tidak
berkaitan dengan komunikasi. Sinapsis adalah tempat hubungan anatomik dan
fungsional antarneuron ( Johnson, 1994).
System saraf ototnom
(SSO) merupakan system saraf campuran. Serabut-serabut aferennya membawa input
dari organ-organ visceral (mengatur denyut jantung, diameter pembuluh darah,
pernapasan, pencernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan, dan sebagainya).
Saraf eferen motorik SSO mempersarafi
otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar visceral. SSO teruta,a mengatur
fungsi visceral dan interaksinya dengan lingkungan internal (Muttaqin, 2008).
Sistem saraf otonom
merupakan bagian dari sistem saraf periferi yang mengontrol aktivitas
lingkungan dalam yang biasanya involuntary, seperti denyutan jantung, gerakan- gerakan
peristaltik dan berkeringat. Dibangun oleh neuron motoris yang menuju otot
polos di organ-organ interna. Sistem saraf otonom terdiri atas neuron
preganglionik yang meninggalkan sistem saraf pusat melalui akar ventral dari
saraf segmental sebelum mengadakan sinapsis dengan neuron postganglionik yang
menuju ke efektornya. Terdapat 2 bagian dari sistem saraf otonom yaitu sistem
saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis (Nurcahyani, 2005).
Pada segmen tubuh
vertebrata terdapat pasang saraf perifer. Pada sebagian besar saraf spinal,
neuron aferen dan eferen terletak berdekatan, tetapi dekat sumsum tulang
belakang saraf itu terbagi menjadi akar dorsal dan akar ventral, dan neuronnya
terpisah. Dalam akar neuron dorsal terdapat neuron aferen dan mempunyai suatu
pembesaran yaitu ganglion akar dorsal, yang mengandung badan-badan selnya
sendiri. Saraf dari hidung, mata, dan telinga berkembang dengan indera perasa
khusus. Saraf ini seluruhnya terdiri atas serabut aferen ,kecuali beberapa
neuron eferen dalam saraf mata dan vestibulokoklear (pendengar) yang menjulur
ke organ indera dan dapat mengatur aktivitasnya. Saraf kranial selebihnya
mengandung sejumlah besar serabut aferen, dan eferen yang dianggap secara
serial homolog dengan akar yang terpisah dari saraf spinal vertebrata. Lokasi badan sel saraf kranial dan ujung
akhirnya di dalam otak mengikuti pola yang telah diutarakan pada neuron spinal
(Villee, 1984).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Hari / tanggal :
Rabu
/ 31 Desember 2014
Waktu :
Pukul
13.00 s/d 15.00 WITA
Tempat :
Green House
Biologi FMIPA UNM Makassar
B.
Alat dan Bahan
1. Alat :
Mikroskop
Cahaya
2.
Bahan
:
Prepatan awetan sistem Saraf
C. Prosedur
Kerja
1. Menyiapkan
mikroskop cahaya dan letakkan
mikroskop diatas meja yang banyak terdapat cahaya matahari.
2. Menemempatkan mikroskop pada tempat yang banyak sumber
matahari dan arahkan cermin ke sumber cahaya dan buka diafragma atau memutar
lempeng pada posisi lubang sedang.
3. Lalu
letakkan preparat awetan Jaringan saraf pada meja objek. Dan atur agar
preparat awetan
jaringan Saraf tepat berada pada lapangan pandang.
4. Selanjutnya,
menjepit preparat dengan menggunakan
penjepit khusus yang ada pada bagian atas meja objek agar tidak bergeser.
5.
Memilih perbesaran yang
sesuai untuk digunakan dalam pengamatan, sebaiknya dalam memilih perbesaran, di
dahului dengan perbesaran yang rendah kemudian menurunkan tubus sampai jarak ujung objektif dengan meja
sediaan 5-10 mm atau tubus turun maksimal.
6. Lalu lihat bayangan dari lensa okuler. Gunakan pemutar kasar untuk menaikkan juga menurunkan
lensa objektif hingga didapatkan bayangan atau tampilan objek yang diamati
dengan jelas.
7. Setelah objek yang diteliti sudah jelas, gunakan
pemutar halus untuk menurunkan lensa objektif agar objek yang kita amati bisa
terlihat lebih jelas lagi.
8. Setelah objek sudah terlihat dengan
jelas, gambarkan hasil pengamatan
pada kertas.
9. Setelah semua objek telah teramati, bersihkan
mikroskop dan normalkan sendi inklinasi dan
perbesarannya.
10. Menyimpan kembali mikroskop pada tempatnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Table hasil pengamatan dan gambar
pembanding serta keterangannya.
Hasil pengamatan
|
Gambar pembanding
|
Keterangan
|
Preparat Jaringan Saraf
Perbesaran 4x10
|
![]() |
1. Axon
terminal
2. Sel schwan
3. Myelin sheath
4. Akson
5. Nucleus
6. Dendrite
7. Sel body
8. Node of ranvier
|
B.
Pembahasan
Pengamatan pada
jaringan dan system saraf yang dilakukan dengan pembesaran 4×10. Tampak terlihat
adanya dendrite, sel body, nade of ranvier, axon, myelin, sel Schwann, myelin
sheath, axon terminal, dan nucleus. Jaringan saraf terbagi dua yakni sel saraf
(neuron) penghantar impuls, dan sel penyokong (neuroglia).
1.
Neuron
a. Unit
terkecil penyusun sistem saraf adalah sel saraf disebut neuron. Setiap satu sel
saraf (neuron) terdiri atas bagian utama yang berupa badan sel saraf, dendrit,
dan akson. Berperan menerima, mengintegrasikan, dan menghantarkan pesan
elektrokimiawi.
b. Struktur
Neuron
1) Badan
sel saraf (soma) yaitu tempat sintesis dan integrasi impuls saraf. Badan sel
saraf adalah bagian sel saraf yang paling besar. Di dalamnya terdapat nukleus
dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi
membangkitkan energi untuk membawa rangsangan.
2) Dendrite,berfungsi
mengumpulkan pesan yang dating dan menuju ke soma (input, processing). Dendrit
adalah serabut-serabut yang merupakan tonjolan sitoplasma dan berfungsi untuk
menjalarkan impuls saraf menuju ke badan sel saraf. Dendrit merupakan
percabangan dari badan sel saraf yang biasanya berjumlah lebih dari satu pada
setiap neuron.
3) Neurit
(akson), berfungsi mengumpulkan impuls saraf ke sel saraf lain (output). Akson
atau neurit merupakan tonjolan sitoplasma yang panjang (lebih panjang daripada
dendrit), berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf meninggalkan badan sel saraf
ke neuron atau jaringan lainnya. Jumlah akson biasanya hanya satu pada setiap
neuron. Di dalamnya terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Di
bagian ujung yang jauh dari badan sel saraf terdapat cabang-cabang yang
berhubungan dengan dendrit dari sel saraf yang lain. Akson terbungkus oleh
beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung lemak. Selaput mielin
disusun oleh Sel-sel Schwann. Lapisan mielin yang paling luar disebut
neurilema. Lapisan tersebut berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan.
2.
Neuroglia
a) Berperan
sebagai penopang struktur dan nutrisional bagi neuron, isolasi elektrikal,
menaikkan konduksi impuls di sepanjang akson.
b) Ada
dua jenis sel glia.
1) Sel
glia pada system saraf pusat.
a) Astrocytus
, ukuran paling besar, bentuk sferis, tidak teratur, fungsi utamanya yaitu
member sokongan struktut sel, member nutrisi, membentuk barrier darah-otak.
b) Oligodendrocytus,
jumlah paling banyak. Berfungsi sebagai pendukung konduksi impuls pada system
saraf pusat. (membentuk myelin pada system saraf pusat).
c) Sel
ependima, mirip neuroepitel, terdapat di lapisan dalam ventrikel otak,
berfungsi untuk penghasil cairan serebrospinal, pelindung nutrisi sel.
d) Microglia,
memiliki ukuran paling kecil, berfungsi sebagai komponen fagositik (melindungi
sel dari pengaruh luar).
2) Sel
glia pada system saraf tepi.
a) Sel
schwan, terdapat disepanjang akson dan berfungsi sebagai penghasil myelin dan
meningkatkan konduksi impuls saraf. Sel Schwann membentuk jaringan yang
membantu menyediakan makanan untuk neurit dan membantu regenerasi neurit.
Selubung mielin bersegmen-segmen. Lekukan di antara dua segmen disebut nodus
ranvier. Nodus ranvier berfungsi mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya
nodus ranvier tersebut memungkinkan saraf meloncat dari satu nodus ke nodus
yang lain, sehingga impuls lebih cepat sampai pada tujuan.
b) Sel
satelit sebagai sel penyokong pada sel saraf tepi.
Fungsi dari sel saraf itu sendiri
adalah mengontrol dan mengkoordinasikan aktivitas tubuh, mencocokkan dengan
perubahan lingkungan dengan cara:
1.
Memonitor kejadian lingkungan dan di
dalam tubuh.
2.
Mengkoordinasikan informasi dan
mencocokkan dengan kejadian masa lampau.
3.
Mengintruksi sistem-sistem dalam tubuh.
Pertemuan antara serabut saraf dari sel saraf yang
satu dengan serabut saraf dari sel saraf yang lain disebut sinapsis. Pada
setiap sinapsis terdapat celah sinapsis. Sinapsis juga sebagai penghubung
antara ujung akson salah satu sel saraf dengan ujung dendrit sel saraf yang
lain. Pada bagian ujung akson terdapat kantong yang disebut bulbus akson.
Kantong tersebut berisi zat kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter
dapat berupa asetilkolin dan kolinesterase yang berfungsi dalam penyampaian
impuls saraf pada sinapsis.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, jaringan saraf dimulai
dari pengenalan fungsi otak secara garis besar, terutama dalam kaitannya dengan
control gerak dan koordinasi, misalnya bagaimana suatu gerakan tubuh biasa
terjadi. Hal tersebut menunjukkan peran saraf dalam mengontrol dan
mengkoordinasi gerakan. Setelah itu dilihat dari struktur utama penyusun otak,
yaitu sel-sel saraf, kemudian dipelajari struktur secara Histologi.
B.
Saran
1.
Saran untuk Praktikan.
Adapun saran kepada praktikan yaitu agar memperhatikan
dan memahami macam-macam jaringan
otot yang menyusun manusia dan hewan, dan juga agar kiranya
berhati-hati saat menggunakan alat laboratorium untuk mencegah kerusakkan pada
alat tersebut.
2.
Saran untuk Asisten.
Adapun saran kepada asisten yaitu agar
mendampingi praktikannya pada saat praktiku guna untuk membantu praktikan
apabila praktikan mengalami kesusahan dalam mengamati jaringan ikat dan tulang
tersebut.
3. Saran
untuk Laboratorium
Agar lebih melengkapi alat dan bahan
yang akan digunakan oleh Praktikan, agar tidak menghambat jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Bloom, dan Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Campbell,
Neil.A, dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima
Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Gunawan,
Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan
Terapi. Jakarta: Badan penerbit FKUI
Johnson, Kurt E.
1994. Histologi dan Biologi Sel.
Jakarta: . Binarupa Aksara.
Muttaqun, Arif.
2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurcahyani,
Nuning. 2005. Struktur dan Perkembangan
Hewan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Villee, Claude
A. dkk. 1984. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar