Sabtu, 25 April 2015

Laporan Jaringan dan Sistem Saraf (STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN)


HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Struktur Perkembangan Hewan dengan judul “Jaringan dan Sistem Saraf”, disusun oleh :
            Nama                           : Cinta Wulandasari
            NIM                            : 1316042045
            Kelompok                   : I (Satu)
            Kelas                           : Pendidikan IPA
telah diperiksa dan dinyatakan diterimah oleh asisten dan koordinator asisten.
Makassar,   Januari 2015
Koordinator Asisten                                                                   Asisten


Djumarirmanto, S.Pd                                               Hasan
                                                                                    NIM: 101414025
                                                           


Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab


Andi Irma Suryani, S,Pd M,Si







BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas , artinya sel dapat menanggapi (merespon) rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol pada sel otot dan sel saraf. System saraf manusia adalah suatu jalinan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. System saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. System tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system tubuh lainnya. Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi  kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan member respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Saraf kranial dan saraf spinal dapat berupa saraf somatik yang mengendalikan refleks otot kerangka atau saraf otonom yang mengendalikan refleks otot plos, jantung dan kelenjar. Meskipun refleks spinal dapat terjadi tanpa keterlibatan otak, tetapi otak seringkali memberikan pertimbangan dalam refleks spinal. Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus tertentu. Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2 neuron, membentuk suatu busur refleks.  Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor, dan neuron eferen, motoris , atau efektor. Umumnya satu atau lebih neuron penghubung (interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon) , sehingga menyebabkan otot lutut terentang.
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantar impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula gerak yang terjadi tanpa di sadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensoris di bawah ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak kemudian hasil olahan oleh otak berupa tanggapan, di bawah oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat di katakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
      Organ tubuh makhluk hidup umumnya kebanyakan tak terlihat maka praktikum Struktur Perkembangan Hewan kali ini diadakan sebuah percobaan untuk mengamati bagian-bagian jaringan dan system saraf yang tersembunyi di bagian dalam tubuh makhluk hidup. Untuk itu di adakan pengamatan jaringan dan system saraf. Pada pengamatan jaringan dan system saraf yang telah dilakukan, maka kita menggunakan preparat awetan saraf.
B.     Tujuan Praktikum
       Mahasiswa dapat mengamati jaringan dan Sistem saraf, serta mengetahui struktur, fungsi, ciri-ciri dan bagian-bagiannya.
C.    Manfaat Praktikum
       Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui bentuk, stuktur dan fungsi dari jaringan dan system saraf yang terdapat pada makhluk hidup khususnya manusia dan hewan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
System saraf mencakup seluruh massa jaringan saraf dalam tubuh. Fungsi dasar dari system saraf, yang menurun kepada yang lain, adalah komunikasi; ia tergantung pada sifat kimiawi dan listrik khusus dari sel-sel saraf dan cabang-cabang sel yang panjang. Sifat ini mencerminkan dua ciri fundamental protoplasma: irirabilitas, yaitu kemampuan beraksi dengan secara bertingkat terhadap rangsang fisik atau kimiawi, dan konduktivitas, kemampuan menghantar rangsang dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain ( Bloom, 2002).
Susunan saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medulla spinal dan mengandung sel-sel saraf, atau neuron, dan sel-sel penyokong disebut neuroglia. Impuls saraf keluar masuk SSP melalui cabang neuron panjang disebut akson (dilihat di bawah). Susunan saraf tepi (SST) terdiri atas cabang-cabang ini yang berjalan dalam saraf klanial dan spinal dan kelompok neuron di luar terkait tang dikenal sebagai ganglia. Fungsi semua bagian tubuh diintegrasi oleh system ini. Meskipin terdapat perkecualian pada respons saraf setempat tertentu (seperti pada kulit dan visera), sentrilisasi adalah prinsip terpenting dari organisasi neural (Bloom, 2002).
Seperti epitel lain, jaringan saraf memiliki berbagai jenis kompleks tautan: taut rekah, pada sinaps elektrotonik; zomula occludes di antara sel-sel pleksus koroid; dan zonula adherens, pada sinaps kimiawi dan tempat lain. Dari semua ini, yang terakhir ini sering berbentuk bintik dan disebut punctum adherens. Puncta adherentia rupanya penting dalam menstabilkan hubungan special sel-sel dan cabang sel pada mana komunikasi interneural bergantung. Namun bentuknya, yang membentuk jaringan saraf sangan heterogen (Bloom, 2002).
Serebrum, pusat integratif yang paling kompleks di SSP, berkembang dari telensefalon embrionik. Serebrum dibagi menjadi belahan serebral. Masing-masing belahan terdiri atas penutup bagian luar yang terbuat dari bahan abu-abu, yang disebut korteks serebral, bahan putih di bagian dalam, dan kelompok nukleus yang berada di dalam bahan putih, yang disebut nukleus nasal juga disebut ganglia basal adalah pusat yang penting untuk koordinasi motoris dan bertindak sebagai saklar untuk impuls dari sistem motoris lain. Jika nukleus basal rusak, seseorang bisa menjadi pasif dan tidak mampu bergerak karena nukleus itu tidak lagi mengirimkan impuls motoris ke otot (Campbell, 2002).
Kenyataan bahwa aksi refleks ini tidak memerlukan kontrol kesadaran dapatlah ditunjukkan dengan seekor hewan, misalnya katak, yang otaknya telah diambil dengan cara memotong korda spinalis. Seekor hewan yang telah diputuskan kolumna spinalisnya disebut hewan spinal, karena semua aktivitas arah kandal dari lokasi pemotongan itu pastilah hanya karena korda spinalisnya, tidak lagi ada hubungan dengan otak. Katak amatlah berguna untuk mendemostrasikan refleks spinal karena periode shock spinal yang menghilangkan aktivitas refleks dan membuat katak menjadi lumpuh, berlangsung hanya dalam beberapa menit saja. Setelah pulih dari shock spinal, hewan akan menarik sebuah kakinya apabila diberi stimulus seperti misalnya rangsangan listrik atau diberi sedikit asam lemah ( Frandson, 1992).
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berkesinambungan serta terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Susunan saraf terdiri dari susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon) dan medula spinalis (sumsum tulang belakang) (Gunawan, 2007).
Jaringan saraf mengintegrasikan dan mengkoordinasikan fungsi-fungsi jaringan lain dalam tubuh. Jaringan saraf terdiri atas macam-macam jenis sel neuron dan sel glia yang berasal dari neuroepitel embrional. Sistem saraf sebenarnya dua sistem yang struktur dan fungsi saling berhubungan. Sistem saraf pusat (SSP) yang mencakup otak dan medula spinalis, dan sistem saraf tepi (SST), yang mencakup saraf dan ganglion yang terbesar diseluruh bagian tepi tubuh. Neuron merupakan dasar unsur sel sistem saraf. Struktur neuron sangat bervariasi. Sel glia seperti glia seperti astrosit dan sel Schwann, melakukan fungsi tambahan yang tidak berkaitan dengan komunikasi. Sinapsis adalah tempat hubungan anatomik dan fungsional antarneuron ( Johnson, 1994).
System saraf ototnom (SSO) merupakan system saraf campuran. Serabut-serabut aferennya membawa input dari organ-organ visceral (mengatur denyut jantung, diameter pembuluh darah, pernapasan, pencernaan makanan, rasa lapar, mual, pembuangan, dan sebagainya). Saraf eferen motorik  SSO mempersarafi otot polos, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar visceral. SSO teruta,a mengatur fungsi visceral dan interaksinya dengan lingkungan internal (Muttaqin, 2008).
Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf periferi yang mengontrol aktivitas lingkungan dalam yang biasanya involuntary, seperti denyutan jantung, gerakan- gerakan peristaltik dan berkeringat. Dibangun oleh neuron motoris yang menuju otot polos di organ-organ interna. Sistem saraf otonom terdiri atas neuron preganglionik yang meninggalkan sistem saraf pusat melalui akar ventral dari saraf segmental sebelum mengadakan sinapsis dengan neuron postganglionik yang menuju ke efektornya. Terdapat 2 bagian dari sistem saraf otonom yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis (Nurcahyani, 2005).
Pada segmen tubuh vertebrata terdapat pasang saraf perifer. Pada sebagian besar saraf spinal, neuron aferen dan eferen terletak berdekatan, tetapi dekat sumsum tulang belakang saraf itu terbagi menjadi akar dorsal dan akar ventral, dan neuronnya terpisah. Dalam akar neuron dorsal terdapat neuron aferen dan mempunyai suatu pembesaran yaitu ganglion akar dorsal, yang mengandung badan-badan selnya sendiri. Saraf dari hidung, mata, dan telinga berkembang dengan indera perasa khusus. Saraf ini seluruhnya terdiri atas serabut aferen ,kecuali beberapa neuron eferen dalam saraf mata dan vestibulokoklear (pendengar) yang menjulur ke organ indera dan dapat mengatur aktivitasnya. Saraf kranial selebihnya mengandung sejumlah besar serabut aferen, dan eferen yang dianggap secara serial homolog dengan akar yang terpisah dari saraf spinal vertebrata.  Lokasi badan sel saraf kranial dan ujung akhirnya di dalam otak mengikuti pola yang telah diutarakan pada neuron spinal (Villee, 1984).



BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Hari / tanggal        : Rabu / 31 Desember 2014
Waktu                   : Pukul 13.00 s/d 15.00 WITA
Tempat                  : Green House Biologi FMIPA UNM Makassar
B.     Alat dan Bahan
1.      Alat :
Mikroskop Cahaya
2.      Bahan :
Prepatan awetan sistem Saraf
C.    Prosedur Kerja
1.      Menyiapkan mikroskop cahaya dan letakkan mikroskop diatas meja yang banyak terdapat cahaya matahari.
2.      Menemempatkan  mikroskop pada tempat yang banyak sumber matahari dan arahkan cermin ke sumber cahaya dan buka diafragma atau memutar lempeng pada posisi lubang sedang.
3.      Lalu letakkan preparat awetan Jaringan saraf pada meja objek. Dan atur agar preparat awetan jaringan Saraf tepat berada pada lapangan pandang. 
4.      Selanjutnya, menjepit preparat dengan menggunakan penjepit khusus yang ada pada bagian atas meja objek agar tidak bergeser.
5.      Memilih perbesaran yang sesuai untuk digunakan dalam pengamatan, sebaiknya dalam memilih perbesaran, di dahului dengan perbesaran yang rendah kemudian menurunkan tubus sampai jarak ujung objektif dengan meja sediaan 5-10 mm atau tubus turun maksimal.
6.      Lalu lihat bayangan dari lensa okuler. Gunakan pemutar kasar untuk menaikkan juga menurunkan lensa objektif hingga didapatkan bayangan atau tampilan objek yang diamati dengan jelas.
7.      Setelah objek yang diteliti sudah jelas, gunakan pemutar halus untuk menurunkan lensa objektif agar objek yang kita amati bisa terlihat lebih jelas lagi.
8.      Setelah objek sudah terlihat dengan jelas, gambarkan hasil pengamatan  pada kertas.
9.      Setelah semua objek telah teramati, bersihkan mikroskop dan normalkan sendi inklinasi dan perbesarannya.
10.  Menyimpan kembali mikroskop pada tempatnya.













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
Table hasil pengamatan dan gambar pembanding serta keterangannya.
Hasil pengamatan
Gambar pembanding
Keterangan
Preparat Jaringan Saraf







Perbesaran 4x10


Neuron
1.    Axon terminal
2.   Sel schwan
3.   Myelin sheath
4.   Akson
5.   Nucleus
6.   Dendrite
7.   Sel body
8.   Node of ranvier

B.     Pembahasan
Pengamatan pada jaringan dan system saraf yang dilakukan dengan pembesaran 4×10. Tampak terlihat adanya dendrite, sel body, nade of ranvier, axon, myelin, sel Schwann, myelin sheath, axon terminal, dan nucleus. Jaringan saraf terbagi dua yakni sel saraf (neuron) penghantar impuls, dan sel penyokong (neuroglia).
1.      Neuron
a.       Unit terkecil penyusun sistem saraf adalah sel saraf disebut neuron. Setiap satu sel saraf (neuron) terdiri atas bagian utama yang berupa badan sel saraf, dendrit, dan akson. Berperan menerima, mengintegrasikan, dan menghantarkan pesan elektrokimiawi.
b.      Struktur Neuron
1)      Badan sel saraf (soma) yaitu tempat sintesis dan integrasi impuls saraf. Badan sel saraf adalah bagian sel saraf yang paling besar. Di dalamnya terdapat nukleus dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi membangkitkan energi untuk membawa rangsangan.
2)      Dendrite,berfungsi mengumpulkan pesan yang dating dan menuju ke soma (input, processing). Dendrit adalah serabut-serabut yang merupakan tonjolan sitoplasma dan berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf menuju ke badan sel saraf. Dendrit merupakan percabangan dari badan sel saraf yang biasanya berjumlah lebih dari satu pada setiap neuron.
3)      Neurit (akson), berfungsi mengumpulkan impuls saraf ke sel saraf lain (output). Akson atau neurit merupakan tonjolan sitoplasma yang panjang (lebih panjang daripada dendrit), berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf meninggalkan badan sel saraf ke neuron atau jaringan lainnya. Jumlah akson biasanya hanya satu pada setiap neuron. Di dalamnya terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Di bagian ujung yang jauh dari badan sel saraf terdapat cabang-cabang yang berhubungan dengan dendrit dari sel saraf yang lain. Akson terbungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung lemak. Selaput mielin disusun oleh Sel-sel Schwann. Lapisan mielin yang paling luar disebut neurilema. Lapisan tersebut berfungsi untuk melindungi akson dari kerusakan.
2.      Neuroglia
a)      Berperan sebagai penopang struktur dan nutrisional bagi neuron, isolasi elektrikal, menaikkan konduksi impuls di sepanjang akson.
b)      Ada dua jenis sel glia.
1)      Sel glia pada system saraf pusat.
a)      Astrocytus , ukuran paling besar, bentuk sferis, tidak teratur, fungsi utamanya yaitu member sokongan struktut sel, member nutrisi, membentuk barrier darah-otak.
b)      Oligodendrocytus, jumlah paling banyak. Berfungsi sebagai pendukung konduksi impuls pada system saraf pusat. (membentuk myelin pada system saraf pusat).
c)      Sel ependima, mirip neuroepitel, terdapat di lapisan dalam ventrikel otak, berfungsi untuk penghasil cairan serebrospinal, pelindung nutrisi sel.
d)     Microglia, memiliki ukuran paling kecil, berfungsi sebagai komponen fagositik (melindungi sel dari pengaruh luar).
2)      Sel glia pada system saraf tepi.
a)      Sel schwan, terdapat disepanjang akson dan berfungsi sebagai penghasil myelin dan meningkatkan konduksi impuls saraf. Sel Schwann membentuk jaringan yang membantu menyediakan makanan untuk neurit dan membantu regenerasi neurit. Selubung mielin bersegmen-segmen. Lekukan di antara dua segmen disebut nodus ranvier. Nodus ranvier berfungsi mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya nodus ranvier tersebut memungkinkan saraf meloncat dari satu nodus ke nodus yang lain, sehingga impuls lebih cepat sampai pada tujuan.
b)      Sel satelit sebagai sel penyokong pada sel saraf tepi.
Fungsi dari sel saraf itu sendiri adalah mengontrol dan mengkoordinasikan aktivitas tubuh, mencocokkan dengan perubahan lingkungan dengan cara:
1.      Memonitor kejadian lingkungan dan di dalam tubuh.
2.      Mengkoordinasikan informasi dan mencocokkan dengan kejadian masa lampau.
3.      Mengintruksi sistem-sistem dalam tubuh.
Pertemuan antara serabut saraf dari sel saraf yang satu dengan serabut saraf dari sel saraf yang lain disebut sinapsis. Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis. Sinapsis juga sebagai penghubung antara ujung akson salah satu sel saraf dengan ujung dendrit sel saraf yang lain. Pada bagian ujung akson terdapat kantong yang disebut bulbus akson. Kantong tersebut berisi zat kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter dapat berupa asetilkolin dan kolinesterase yang berfungsi dalam penyampaian impuls saraf pada sinapsis.




























BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, jaringan  saraf  dimulai dari pengenalan fungsi otak secara garis besar, terutama dalam kaitannya dengan control gerak dan koordinasi, misalnya bagaimana suatu gerakan tubuh biasa terjadi. Hal tersebut menunjukkan peran saraf dalam mengontrol dan mengkoordinasi gerakan. Setelah itu dilihat dari struktur utama penyusun otak, yaitu sel-sel saraf, kemudian dipelajari struktur secara Histologi.
B.     Saran
1.      Saran untuk Praktikan.
       Adapun saran kepada praktikan yaitu agar memperhatikan dan memahami  macam-macam jaringan otot yang menyusun manusia dan hewan, dan juga agar kiranya berhati-hati saat menggunakan alat laboratorium untuk mencegah kerusakkan pada alat tersebut.
2.      Saran untuk Asisten.
       Adapun saran kepada asisten yaitu agar mendampingi praktikannya pada saat praktiku guna untuk membantu praktikan apabila praktikan mengalami kesusahan dalam mengamati jaringan ikat dan tulang tersebut.
3.      Saran untuk Laboratorium
       Agar lebih melengkapi alat dan bahan yang akan digunakan oleh Praktikan, agar tidak menghambat jalannya praktikum.







DAFTAR PUSTAKA
Bloom, dan Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Campbell, Neil.A, dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Erlangga.

Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Badan penerbit FKUI

Johnson, Kurt E. 1994. Histologi dan Biologi Sel. Jakarta: . Binarupa Aksara.

Muttaqun, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurcahyani, Nuning. 2005. Struktur dan Perkembangan Hewan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Villee, Claude A. dkk.  1984. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar